Sayang, gerah jarak seperti membangun rindu dari biji ingatan
malam dan hujan berderap cahaya lampu berpagutan dengan hujan
aku di bawahnya membawa sekeranjang sepi
sembab mataku berjalan menujumu jantung dan hati berbagi sunyi
sayang, aku laki laki disusui purnama berlarian di semesta
mengukir langit dengan mataku
bila aku tak sampai padamu malam ini berikan rongga rindu untukku
biar aku ada dalam ingatanmu yang semakin senja
by : SAF
Senin, 16 November 2009
Sebatang Coklat Rindu
Kala rindu mengiris kalbu
Ku beli dua batang coklat di warung biru
Satu untukku, satu untukmu
Satu untukku, satu untukmu
Dua-dua nya aku yang makan
Biar jarak tau, dia bukan persoalan
Biar dia malu mengganggu kita melulu
Satu persatu kunikmati perlahan
Sampai di jantung
Sampai di hati
Sampai di dalam tubuh kita
Dalam hati jadi cinta dan ikatan
Dalam jantung jadi do'a dan harapan
Dalam tubuh jadi kita dan kekuatan
"Kutitipkan rindu pada sebatang coklat untukmu"
"Lia by SAF"
August '09
Ku beli dua batang coklat di warung biru
Satu untukku, satu untukmu
Satu untukku, satu untukmu
Dua-dua nya aku yang makan
Biar jarak tau, dia bukan persoalan
Biar dia malu mengganggu kita melulu
Satu persatu kunikmati perlahan
Sampai di jantung
Sampai di hati
Sampai di dalam tubuh kita
Dalam hati jadi cinta dan ikatan
Dalam jantung jadi do'a dan harapan
Dalam tubuh jadi kita dan kekuatan
"Kutitipkan rindu pada sebatang coklat untukmu"
"Lia by SAF"
August '09
Minggu, 15 November 2009
Harapan Ladang Jagung
musim selalu ingkar
Langkahmu tak mampu terkejar
Semilirmu tak lagi teraba
Walau sejumput hanya
Tubuhku kerontang
Dahagaku kian rimbun
Dari pagi hingga petang
mengharap setetes embun
Sto-mata-ku berkarat
Air kehidupan kian mampat
Udara tak lagi murni
Terkotori tercemari
Haruskah mati konyol
Dengan usaha masih nol
Tidak !
Demi harap penanamku
memetik di ujung waktu
mengisi perut tersembilu
disayat kelaparan bertalu
Aku harus tumbuh, bangkit
Menatap matahari terbit
by Pipit Mungil
270809
Langkahmu tak mampu terkejar
Semilirmu tak lagi teraba
Walau sejumput hanya
Tubuhku kerontang
Dahagaku kian rimbun
Dari pagi hingga petang
mengharap setetes embun
Sto-mata-ku berkarat
Air kehidupan kian mampat
Udara tak lagi murni
Terkotori tercemari
Haruskah mati konyol
Dengan usaha masih nol
Tidak !
Demi harap penanamku
memetik di ujung waktu
mengisi perut tersembilu
disayat kelaparan bertalu
Aku harus tumbuh, bangkit
Menatap matahari terbit
by Pipit Mungil
270809
Misteri Sunyi
tertatih dalam kenang menindih
meraba dinding masa yang jauh
menghitung langkah
dalam waktu tak terjamah
sendiri dalam labirin sunyi
hanya mampu menanti
dalam waktu silih berganti
mencoba menggapai asa diri
pasrah pada suratan Ilahi
"Lia by ARA"
260809
meraba dinding masa yang jauh
menghitung langkah
dalam waktu tak terjamah
sendiri dalam labirin sunyi
hanya mampu menanti
dalam waktu silih berganti
mencoba menggapai asa diri
pasrah pada suratan Ilahi
"Lia by ARA"
260809
Praja Muda Karana
coklat tua coklat muda
simbol musim di bumi persada
asduk menggantung indah di leher
tunas kelapa dan bunga lily pun turut bertengger
tak lupa kabaret dan topi
menambah manis dan asri
siaga, penggalang, penegak
semua berdiri bersikap tegak
berbaris laksana perwira
membentuk *angkare yang diminta
semua telah siap
tiang bendera tlah tertancap kuat
dari tongkat-tongkat yang terikat
cerminan persaudaraan yang begitu lekat
tri satya terpatri dalam jiwa
dasa dharma dalam lelaku raga
satya, ku-ku dharmakan
dharma, ku-ku baktikan
agar jaya Indonesia, Indonesia
tanah airku
kami jadi pandumu
SALAM PRAMUKA !!!!
*bentuk barisan yang sering dilakukan pada upacara kepramukaan
"Lia"
140809
simbol musim di bumi persada
asduk menggantung indah di leher
tunas kelapa dan bunga lily pun turut bertengger
tak lupa kabaret dan topi
menambah manis dan asri
siaga, penggalang, penegak
semua berdiri bersikap tegak
berbaris laksana perwira
membentuk *angkare yang diminta
semua telah siap
tiang bendera tlah tertancap kuat
dari tongkat-tongkat yang terikat
cerminan persaudaraan yang begitu lekat
tri satya terpatri dalam jiwa
dasa dharma dalam lelaku raga
satya, ku-ku dharmakan
dharma, ku-ku baktikan
agar jaya Indonesia, Indonesia
tanah airku
kami jadi pandumu
SALAM PRAMUKA !!!!
*bentuk barisan yang sering dilakukan pada upacara kepramukaan
"Lia"
140809
Terbiar
panas membakar
pandangan seketika nanar
tak lagi mampu kutawar
ngilu yang kian menguar
wajah lagi-lagi dibasuh memar
tak mampu tuangkan kelakar
siang panggang sekujur tak wajar
seolah mengajar tentang haus dan lapar
aku yang terbiar
masihkah kau menalar
dengan lilinmu yang memijar
akh !! aku tersasar di altar
"Lia,Ekosta,Khairud
140809
pandangan seketika nanar
tak lagi mampu kutawar
ngilu yang kian menguar
wajah lagi-lagi dibasuh memar
tak mampu tuangkan kelakar
siang panggang sekujur tak wajar
seolah mengajar tentang haus dan lapar
aku yang terbiar
masihkah kau menalar
dengan lilinmu yang memijar
akh !! aku tersasar di altar
"Lia,Ekosta,Khairud
140809
Mengejar Mimpi Di Pasar Pagi
Krieeet….krieeet…..
Sayup kudengar suara itu
Suara yang sama pada jam yang sama pula
Bunyi sepeda onthel Bu Narni
Ah….Ibu yang tak kenal lelah dan takut
Berjuang demi ketiga anaknya
Hatiku miris…..
Dia berjuang sendiri meski punya suami
Huuuft…..hanya desah nafas yang keluar dari mulutku
Dan hanya untaian kata sederhana ini yang mampu ku rajut
Pada malam malam panjang
Kau telah merancang
Saat semua lena dalam mimpi
Kau sibuk menguntai lembar demi lembar mimpi
Semua masih terlelap
Jalan jalan pun lengang dan gelap
Kau lempar kantuk banting lelah
Diatas sepeda tua
Kau berpacu dengan waktu
Mengejar asa
Dengan sekeranjang rebung dan daun ketela
Kau menunggu dengan sabar
Diantara teriakan pembeli dan penjual yang hingar bingar
Bibirmu lirih bergumam
Ikuti sayup rapal do'a dikejauhan
Sambil sesekali ikut berteriak tawarkan dagangan
Wajahmu tersenyum nanar
Antara harap dan cemas
Akankah ikatan ikatan yang kau jalin terjual amblas
"Lia"
15 Juli '09
# Terilhami dari tetanggaku yang tiap jam 2 pagi
berangkat ke pasar tanjung berjualan sayuran
Sayup kudengar suara itu
Suara yang sama pada jam yang sama pula
Bunyi sepeda onthel Bu Narni
Ah….Ibu yang tak kenal lelah dan takut
Berjuang demi ketiga anaknya
Hatiku miris…..
Dia berjuang sendiri meski punya suami
Huuuft…..hanya desah nafas yang keluar dari mulutku
Dan hanya untaian kata sederhana ini yang mampu ku rajut
Pada malam malam panjang
Kau telah merancang
Saat semua lena dalam mimpi
Kau sibuk menguntai lembar demi lembar mimpi
Semua masih terlelap
Jalan jalan pun lengang dan gelap
Kau lempar kantuk banting lelah
Diatas sepeda tua
Kau berpacu dengan waktu
Mengejar asa
Dengan sekeranjang rebung dan daun ketela
Kau menunggu dengan sabar
Diantara teriakan pembeli dan penjual yang hingar bingar
Bibirmu lirih bergumam
Ikuti sayup rapal do'a dikejauhan
Sambil sesekali ikut berteriak tawarkan dagangan
Wajahmu tersenyum nanar
Antara harap dan cemas
Akankah ikatan ikatan yang kau jalin terjual amblas
"Lia"
15 Juli '09
# Terilhami dari tetanggaku yang tiap jam 2 pagi
berangkat ke pasar tanjung berjualan sayuran
Kabut Di Kaki Argopuro
Jerit ketakutan membaur dengan
erang kesakitan berpacu dalam
lolongan kematian”
Amarah yang kau nyanyikan
Lewat tangisan diterang, kegelapan
mencipta kabut berkepanjangan
Puing-puing berserakan
Karena hempasanmu semalaman
Sisakan luka dalam isakan
Pendar mentari semu
Tawarkan hangat kelabu
Mencoba tepiskan luka
Dengan berbagai tipu daya
Namun..
Kabut dikakimu tetap bergeming
Mengakar dalam urat bumi
Terpancang kuat dalam sanubari
"Pipit Mungil"
04 August 2009
erang kesakitan berpacu dalam
lolongan kematian”
Amarah yang kau nyanyikan
Lewat tangisan diterang, kegelapan
mencipta kabut berkepanjangan
Puing-puing berserakan
Karena hempasanmu semalaman
Sisakan luka dalam isakan
Pendar mentari semu
Tawarkan hangat kelabu
Mencoba tepiskan luka
Dengan berbagai tipu daya
Namun..
Kabut dikakimu tetap bergeming
Mengakar dalam urat bumi
Terpancang kuat dalam sanubari
"Pipit Mungil"
04 August 2009
Sabtu, 08 Agustus 2009
Buruh Tani
“Dalam tiap ayunan,
terperah darah demi sekeping impian”
Berdiri hadapi hamparan
Ukir guludan banyak ragam
Lempak masuk tanah keluar
Semenjak fajar selalu begitu
Lempar kantuk kesampingkan lelah
Hingga petang baru berhenti
Lelah penat tak lagi terperi
Demi asik mengukir bumi
Cipta harta yang bukan milik sendiri
Harta tuan tanah sang majikan
Harta sendiri hanya tenaga
Tenaga badan ditiap ayunan
"Lia"
terperah darah demi sekeping impian”
Berdiri hadapi hamparan
Ukir guludan banyak ragam
Lempak masuk tanah keluar
Semenjak fajar selalu begitu
Lempar kantuk kesampingkan lelah
Hingga petang baru berhenti
Lelah penat tak lagi terperi
Demi asik mengukir bumi
Cipta harta yang bukan milik sendiri
Harta tuan tanah sang majikan
Harta sendiri hanya tenaga
Tenaga badan ditiap ayunan
"Lia"
Serumpun Asa
"Kutitipkan mimpi,
ku gadaikan darah dan belulang
pada batang padi"
Kusingkal dan kucangkul tempat semaimu
Kulumat bakal ilalang yang kan menggodamu
Kuratakan, kuhaluskan dan kualirkan air kesejukan
Hingga embriomu menggelian nyaman
Aku tersenyum, dadaku membusung
Saat keping lembagamu menyembul
Kian hijau, segar bak perawan gunung
Harapanku kian melambung
Membayangkan kau kan penuh mengisi lumbung
Membantuku ringankan kebutuhan yang kian membumbung
Hingga anak dan istriku tak lagi termenung
Detik-detik memetikmu kian dekat
Anai-anai pun ku asah lebih cepat
Namun aku tercekat
Saat daun benderamu berkarat
Bulir-bulirmu yang keemasan berubah coklat
Karna musim yang tak lagi mampu ku dekap
Hama penyakit yang tak lagi mati oleh obat
oh serumpun asaku
Akankah selalu seperti ini
Aku tetap miskin dinegeri sendiri
Tetap buruh di tanah Ibu sendiri
"Lia"
ku gadaikan darah dan belulang
pada batang padi"
Kusingkal dan kucangkul tempat semaimu
Kulumat bakal ilalang yang kan menggodamu
Kuratakan, kuhaluskan dan kualirkan air kesejukan
Hingga embriomu menggelian nyaman
Aku tersenyum, dadaku membusung
Saat keping lembagamu menyembul
Kian hijau, segar bak perawan gunung
Harapanku kian melambung
Membayangkan kau kan penuh mengisi lumbung
Membantuku ringankan kebutuhan yang kian membumbung
Hingga anak dan istriku tak lagi termenung
Detik-detik memetikmu kian dekat
Anai-anai pun ku asah lebih cepat
Namun aku tercekat
Saat daun benderamu berkarat
Bulir-bulirmu yang keemasan berubah coklat
Karna musim yang tak lagi mampu ku dekap
Hama penyakit yang tak lagi mati oleh obat
oh serumpun asaku
Akankah selalu seperti ini
Aku tetap miskin dinegeri sendiri
Tetap buruh di tanah Ibu sendiri
"Lia"
Jumat, 07 Agustus 2009
Jendela Pagi
Dalam sepoi angin
kurasa hangat seakan menanti
dalam gericik air malam
kurasa sunyi seakan bernyanyi
sunyi hangat dalam damaiku
cinta kasih menelungkupi jendela pagi
Abadi yang terlupa
karena peristiwa-peristiwa biasa
sebuah rasa kadang terlempar
pada dunia
pada asa di dada
hingga tibalah saat dalam masa
kembali, ada dalam abadi
---------------------------
----------------
5 Juli 2009
Inspiring Catatan Hudanosch Hudan, (21) kwek lin, sayuri yosiana, zuraidah abdul aziz- negeri jauh:mati
"Iwan Gunawan"
kurasa hangat seakan menanti
dalam gericik air malam
kurasa sunyi seakan bernyanyi
sunyi hangat dalam damaiku
cinta kasih menelungkupi jendela pagi
Abadi yang terlupa
karena peristiwa-peristiwa biasa
sebuah rasa kadang terlempar
pada dunia
pada asa di dada
hingga tibalah saat dalam masa
kembali, ada dalam abadi
---------------------------
----------------
5 Juli 2009
Inspiring Catatan Hudanosch Hudan, (21) kwek lin, sayuri yosiana, zuraidah abdul aziz- negeri jauh:mati
"Iwan Gunawan"
Minggu, 26 Juli 2009
Tawa Sekilas Duka Membekas
"SEMARAK"
Kata pertama yang terlontar dari otak
Sepanjang jalan protokol, dusun dan kampung
mulai berkibar bendera warna warni dan lampu hias tersusun
umbul umbul iklan produk ikut beraksi dan manggung
Tapi kenapa hatiku tak sesemarak suasana kotaku
Kebiasaan yang berulang dari tahun ke tahun
Semarak pesta kemerdekaan terus di usung
Semua tertawa gembira
Walau harus keluarkan kocek tuk selembar bendera
Padahal tuk makan masih butuh biaya
Tapi apa mau dikata
Diwajibkan sih katanya
Pekik merdeka berkumandang dimana mana
Dari media ke media
Dari mulut punggawa hingga kawula
Anak anak muda mudi riang gembira
Sambut hiburan yang saat saat tertentu saja
Pesta keperdekaan pun usai
Kotaku kembali hening dan sepi
Riang tawa seperti kembali terkunci
"ah..tawa semu merdeka
kamuflase hati pilu yang sebenar terpenjara"
Apa bedanya dengan pesta demokrasi
Semarak dan gempitanya sama
Rakyat tertawa bahagia dalam harap
terlambungkan dengan janji janji manis calon pewaris tahta
Amat yakin dan pasti
Hanya karena selembar merah bersayap
"yach...apa mau dikata
trik politik yang amat mengena
menyerang jiwa jiwa yang sedang sengsara
menahan rasa lapar dan dahaga"
Puncak pesta pun digelar
Semua berbondong bondong tentukan pilihan
Satu nama yang sudah disematkan
Sebulan dua bulan, setahun dua tahun
Tawa yang semula berderai tinggal senyuman dikulum
Harap yang begitu melambung
Hanya tinggal tetesan embun
Akan terus beginikah ?
Pekik merdeka dalam hidup terpenjara
Orasi sang penguasa hanya onani belaka
"Lia"
16 Juli '09
Bangsa yang sudah merdeka tapi sebenarnya belum merdeka
Dulu melawan bambu runcing dan keris
sekarang melawan bankir dan produk produk kapitalis
Kata pertama yang terlontar dari otak
Sepanjang jalan protokol, dusun dan kampung
mulai berkibar bendera warna warni dan lampu hias tersusun
umbul umbul iklan produk ikut beraksi dan manggung
Tapi kenapa hatiku tak sesemarak suasana kotaku
Kebiasaan yang berulang dari tahun ke tahun
Semarak pesta kemerdekaan terus di usung
Semua tertawa gembira
Walau harus keluarkan kocek tuk selembar bendera
Padahal tuk makan masih butuh biaya
Tapi apa mau dikata
Diwajibkan sih katanya
Pekik merdeka berkumandang dimana mana
Dari media ke media
Dari mulut punggawa hingga kawula
Anak anak muda mudi riang gembira
Sambut hiburan yang saat saat tertentu saja
Pesta keperdekaan pun usai
Kotaku kembali hening dan sepi
Riang tawa seperti kembali terkunci
"ah..tawa semu merdeka
kamuflase hati pilu yang sebenar terpenjara"
Apa bedanya dengan pesta demokrasi
Semarak dan gempitanya sama
Rakyat tertawa bahagia dalam harap
terlambungkan dengan janji janji manis calon pewaris tahta
Amat yakin dan pasti
Hanya karena selembar merah bersayap
"yach...apa mau dikata
trik politik yang amat mengena
menyerang jiwa jiwa yang sedang sengsara
menahan rasa lapar dan dahaga"
Puncak pesta pun digelar
Semua berbondong bondong tentukan pilihan
Satu nama yang sudah disematkan
Sebulan dua bulan, setahun dua tahun
Tawa yang semula berderai tinggal senyuman dikulum
Harap yang begitu melambung
Hanya tinggal tetesan embun
Akan terus beginikah ?
Pekik merdeka dalam hidup terpenjara
Orasi sang penguasa hanya onani belaka
"Lia"
16 Juli '09
Bangsa yang sudah merdeka tapi sebenarnya belum merdeka
Dulu melawan bambu runcing dan keris
sekarang melawan bankir dan produk produk kapitalis
Kamis, 16 Juli 2009
Penantian
Jenjang penantian tlah berlumut
Lesakkan rindu dalam kabut
Kian lama merejam badan memagut
Serpihan rindu berbalik melingkupi sukma
Menggigit mencabik
Berdarah darah manis menghitam
Bak madu yang meracuni
Rindu dalam keseorangan
Menjerat dalam benang benang penantian
Sembilu sayat menyayat
Luka memerah merekah
Meradang tergarami
Pedih perih tiada bertepi
"Lia"
Lesakkan rindu dalam kabut
Kian lama merejam badan memagut
Serpihan rindu berbalik melingkupi sukma
Menggigit mencabik
Berdarah darah manis menghitam
Bak madu yang meracuni
Rindu dalam keseorangan
Menjerat dalam benang benang penantian
Sembilu sayat menyayat
Luka memerah merekah
Meradang tergarami
Pedih perih tiada bertepi
"Lia"
Jejak Cinta
Kusibak tirai dinding hatimu
Tak nampak satu huruf pun namaku terukir disana
Pedih tiba tiba di sebalik dada
Perlahan kutelusuri bilik hatimu
Tak satupun jejak langkah tertinggal
Kian perih rasa disebalik dada
Aku bertahan
Kusingkap pelan tabir relung hatimu
Samar kulihat jejak jejak indah
Berkelebat di pelupuk mata
Ada secercah harap
Tepiskan pedih palung jiwa
Tidak tidak...
Jejak itu bukan langkahku
Bukan bukan....
Tanda cinta itu juga bukan untukku
Pedih perih membentuk luka
Basah memerah
Hempas telaga di sudut mata
Terkoyak sudah rajutan asa
"Lia"
10 Juli '09
Pipit mungil terbang menukik langit
Menggapai sisa harap yang tergantung disana
Tiba tiba sayapnya patah
Pipit pun jatuh menimpa bumi
Berkalang tanah
Tak nampak satu huruf pun namaku terukir disana
Pedih tiba tiba di sebalik dada
Perlahan kutelusuri bilik hatimu
Tak satupun jejak langkah tertinggal
Kian perih rasa disebalik dada
Aku bertahan
Kusingkap pelan tabir relung hatimu
Samar kulihat jejak jejak indah
Berkelebat di pelupuk mata
Ada secercah harap
Tepiskan pedih palung jiwa
Tidak tidak...
Jejak itu bukan langkahku
Bukan bukan....
Tanda cinta itu juga bukan untukku
Pedih perih membentuk luka
Basah memerah
Hempas telaga di sudut mata
Terkoyak sudah rajutan asa
"Lia"
10 Juli '09
Pipit mungil terbang menukik langit
Menggapai sisa harap yang tergantung disana
Tiba tiba sayapnya patah
Pipit pun jatuh menimpa bumi
Berkalang tanah
Cinta Yang Hilang
Semilir angin kian lembab
Lahirkan titik titik embun diujung dedaun
Jangkrik bersiul merdu
Sayup suara Ku Ku si burung hantu
Suasana malam yang kian pekat nan senyap
Temaniku dalam pilu
Aku tergugu
Gejolak rindu seolah membeku
Rembulan yang tinggal separuh
Mengintip dari celah jendela kamarku
Dia pun terlihat agak sendu
Meski tetap tersenyum merayu
Seolah dia tahu gundahku
Oh rembulan
Tahukah engkau diujung langit mana dia terbang
Tak satupun nampak jejak juga bayang
Masihkah rindu ini harus ku genggam
Hingga sampai saat itu menjelang
Aku mencintainya sepenuh hati
Amat merinduinya meski telah pergi
Ku hanya ingin bertatap
Walau hanya sekejap
Namun itu takkan mungkin terjadi
Tidakkah seharusnya rasa ini telah mati
Dan sirna dari hati ini
Namun dia tetap bertahta di palung sanubari
"Lia" 13 Juli '09
Lahirkan titik titik embun diujung dedaun
Jangkrik bersiul merdu
Sayup suara Ku Ku si burung hantu
Suasana malam yang kian pekat nan senyap
Temaniku dalam pilu
Aku tergugu
Gejolak rindu seolah membeku
Rembulan yang tinggal separuh
Mengintip dari celah jendela kamarku
Dia pun terlihat agak sendu
Meski tetap tersenyum merayu
Seolah dia tahu gundahku
Oh rembulan
Tahukah engkau diujung langit mana dia terbang
Tak satupun nampak jejak juga bayang
Masihkah rindu ini harus ku genggam
Hingga sampai saat itu menjelang
Aku mencintainya sepenuh hati
Amat merinduinya meski telah pergi
Ku hanya ingin bertatap
Walau hanya sekejap
Namun itu takkan mungkin terjadi
Tidakkah seharusnya rasa ini telah mati
Dan sirna dari hati ini
Namun dia tetap bertahta di palung sanubari
"Lia" 13 Juli '09
Selasa, 14 Juli 2009
Nurani VS Telinga
# Nurani berkata...
Hei telinga......
Kamu hebat ya...
Bisa mendengar yang dikatakan mereka
Padahal kamu disamping sedangkan aku didepan
Adanya kamu disisiku
Membantuku memahami permasalahan mereka
Hingga keputusanku berkeadilan
Hei telinga.....
Buka kedua pintumu lebar lebar
Banyak banyaklah mendengar lalu bawa padaku
Jangan kamu masukkan dari pintu kanan
Kemudian kau keluarkan dari pintu kirimu
Begitu berharganya dirimu
Maka peliharalah organmu baik baik
Karena aku membutuhkanmu
Hei Telinga......
Ada apa denganmu........???
Badanmu panas...
Pintumu kau sumpal kapas...
Adakah kau tidak sehat...???
Mungkin kamu tlah berlebihan...
Mendengar hal hal yang tak patut kau dengar
Hingga organmu kegerahan
Lalu rusak dan sia sia
Hei Telinga...
Lakukanlah segera
Perbaikilah dirimu dan bertobatlah...
# Telinga menjawab...
Hei Nurani...
Aku selalu menemanimu
Membantumu mendengar apa yang tak mampu kau dengar
Apa yang tak patut kumasukkan ke dalam tubuhmu
Langsung aku keluarkan dari pintuku yang sebelah
Karnaku kau bisa lebih bijak mengambil keputusan
Tak hanya berdasrkan penglihatan kawanku si MATA
Tapi mengapa nurani...???
Kau biarkan manusia dengan tangannya membersihkanku tipa saat
Aku tahu...karena kau menikmati sensasinya kan..???
Padahal tanpa sadar tangan itu melukai tubuhku
Kadang kau turutkan juga keinginan MATA tuk melihat maksiat
Hingga ku pun turut mendengarkan walau tak mau
Apa...???
Kau suruh aku bertobat nurani...???
Kau yang seharusnya segera bertobat
Bukan aku atau kawanku yang lainnya
Karena keinginan terkutukmulah kami jadi korban
Ingatlah wahai Nurani...
Aku dan kawanku yang lain akan menjadi saksi
Semua perbuatan yang kau lakukan di bumi
Dan kau takkan mampu membela diri
Karna kawanku si BIBIR seksi kan dibungkam
Suara merdunya tak kan lagi diperdengarkan
Camkan kata kataku
"Lia by Ronny"
Hei telinga......
Kamu hebat ya...
Bisa mendengar yang dikatakan mereka
Padahal kamu disamping sedangkan aku didepan
Adanya kamu disisiku
Membantuku memahami permasalahan mereka
Hingga keputusanku berkeadilan
Hei telinga.....
Buka kedua pintumu lebar lebar
Banyak banyaklah mendengar lalu bawa padaku
Jangan kamu masukkan dari pintu kanan
Kemudian kau keluarkan dari pintu kirimu
Begitu berharganya dirimu
Maka peliharalah organmu baik baik
Karena aku membutuhkanmu
Hei Telinga......
Ada apa denganmu........???
Badanmu panas...
Pintumu kau sumpal kapas...
Adakah kau tidak sehat...???
Mungkin kamu tlah berlebihan...
Mendengar hal hal yang tak patut kau dengar
Hingga organmu kegerahan
Lalu rusak dan sia sia
Hei Telinga...
Lakukanlah segera
Perbaikilah dirimu dan bertobatlah...
# Telinga menjawab...
Hei Nurani...
Aku selalu menemanimu
Membantumu mendengar apa yang tak mampu kau dengar
Apa yang tak patut kumasukkan ke dalam tubuhmu
Langsung aku keluarkan dari pintuku yang sebelah
Karnaku kau bisa lebih bijak mengambil keputusan
Tak hanya berdasrkan penglihatan kawanku si MATA
Tapi mengapa nurani...???
Kau biarkan manusia dengan tangannya membersihkanku tipa saat
Aku tahu...karena kau menikmati sensasinya kan..???
Padahal tanpa sadar tangan itu melukai tubuhku
Kadang kau turutkan juga keinginan MATA tuk melihat maksiat
Hingga ku pun turut mendengarkan walau tak mau
Apa...???
Kau suruh aku bertobat nurani...???
Kau yang seharusnya segera bertobat
Bukan aku atau kawanku yang lainnya
Karena keinginan terkutukmulah kami jadi korban
Ingatlah wahai Nurani...
Aku dan kawanku yang lain akan menjadi saksi
Semua perbuatan yang kau lakukan di bumi
Dan kau takkan mampu membela diri
Karna kawanku si BIBIR seksi kan dibungkam
Suara merdunya tak kan lagi diperdengarkan
Camkan kata kataku
"Lia by Ronny"
Obrolan Fajar
Huuuft...malam kian pekat
Mengantarkan seluruh penghuni jadat dalam lelap
Membuai mereka dalam dunia mimpi
Tapi dia tetap bergeming
Walau mataku tak lelap sekejap pun
Iseng ku buka FB lewat HP
Kubuka sebuah puisi
Tanpa sadar jemariku menari menakan tust huruf
Mencoba menuangkan fantasi liar di otakku
1 #
Mengapa harus terdiam
Kala hati meronta berteriak tak tahan
Tenggelam diantara gemerlap cahaya semu memabukkan
Mengapa aku tetap lena
Walau sebenar ku rasa aura ketidak adilan
Apakah kesadaranku kan tiba
Kala kakek renta yang kau lihat benar-benar
Meletakkan lubang makam itu di pangkuanku...??
# Penulis Berkata
Oh kata-kata lihatlah :
Jika kakek renta yang kau lihat, benar benar
Meletakkan lubang makam dipangkuanku...
Bulan telah jatuh kepangkuanmu Yulia
Bulan hitam dari hujan hitam dari Tuhan hitam
Hari hari hitam hendaklah jangan pergi dari pangkuanmu
Agar aku lesap di sana
Oh...indahnya...oh...kelamnya dunia
2 #
Aku tertegun mencoba mencerna makna kata katanya
Imaji kembali menuntun ibu jari
Menekan huruf satu persatu
"bulan hitam bertabur cahaya
Penuh gurat suka cita tercipta
Hujan hitam yang tercipta
Membawa kesejahteraan semesta
Tuhan hitam dunia kegelapan pembawa pelita"
Haruskah aku bersyukur...???
Atau kembali menjadi orang kufur....???
Oh kata kata...
Merinding aku di buatnya
Jawab tanyaku yang kian meronta
3 #
Gema azdan menyentak
Imajiku menggeliat enggan
Tuk kembali keperadapan dunia FANA yang MAYA
Bertarung diantara iblis iblis tampan nan rupawan
Bertabur rayuan manis penuh kutukan
Wahai Sang Dewi malam
Rengkuhlah tubuhku dalam kedamaian
Duhai rahim Ibunda
Lesakkanlah kembali ragaku disana
Hingga ku tenang dan damai dalam kesucian
"Lia"
Pipit munngil tak lagi mungil
Mengantarkan seluruh penghuni jadat dalam lelap
Membuai mereka dalam dunia mimpi
Tapi dia tetap bergeming
Walau mataku tak lelap sekejap pun
Iseng ku buka FB lewat HP
Kubuka sebuah puisi
Tanpa sadar jemariku menari menakan tust huruf
Mencoba menuangkan fantasi liar di otakku
1 #
Mengapa harus terdiam
Kala hati meronta berteriak tak tahan
Tenggelam diantara gemerlap cahaya semu memabukkan
Mengapa aku tetap lena
Walau sebenar ku rasa aura ketidak adilan
Apakah kesadaranku kan tiba
Kala kakek renta yang kau lihat benar-benar
Meletakkan lubang makam itu di pangkuanku...??
# Penulis Berkata
Oh kata-kata lihatlah :
Jika kakek renta yang kau lihat, benar benar
Meletakkan lubang makam dipangkuanku...
Bulan telah jatuh kepangkuanmu Yulia
Bulan hitam dari hujan hitam dari Tuhan hitam
Hari hari hitam hendaklah jangan pergi dari pangkuanmu
Agar aku lesap di sana
Oh...indahnya...oh...kelamnya dunia
2 #
Aku tertegun mencoba mencerna makna kata katanya
Imaji kembali menuntun ibu jari
Menekan huruf satu persatu
"bulan hitam bertabur cahaya
Penuh gurat suka cita tercipta
Hujan hitam yang tercipta
Membawa kesejahteraan semesta
Tuhan hitam dunia kegelapan pembawa pelita"
Haruskah aku bersyukur...???
Atau kembali menjadi orang kufur....???
Oh kata kata...
Merinding aku di buatnya
Jawab tanyaku yang kian meronta
3 #
Gema azdan menyentak
Imajiku menggeliat enggan
Tuk kembali keperadapan dunia FANA yang MAYA
Bertarung diantara iblis iblis tampan nan rupawan
Bertabur rayuan manis penuh kutukan
Wahai Sang Dewi malam
Rengkuhlah tubuhku dalam kedamaian
Duhai rahim Ibunda
Lesakkanlah kembali ragaku disana
Hingga ku tenang dan damai dalam kesucian
"Lia"
Pipit munngil tak lagi mungil
Senin, 13 Juli 2009
Soil
Uugh....Tubuhku jadi asam
Akibat tangisan langit semalaman
Kini kian asam
Saat kau sebarkan UREA perlahan
Hanjriit.....
Tiap musim bertambah
Hingga mencapai tujuh *Kw per hektar
Pantas.....
Wajahku terasa kaku, retak dan mengeras
Kau jejali mulutku dengan sampah
Kau paksa aku menelan rangkaian senyawa beracun
Hingga **residu nya menggerogoti ragaku
kini ku mati dan impotent
Tak mampu membuat ASA mu menghijau
Hingga kembali kau jejali mulutku
Dengan literan senyawa-senyawa ***alkalis
Mikroba, cacing dan jasad renik yang lain tersingkir
Kalah bersaing dengan produk para bankir
Kalian tak sadar
Tlah jadikanku sampah peradapan
Untuk generasimu mendatang
* Kwintal
** Sisa / racun
*** Senyawa keras / Basa
"Lia..Pipit Mungil"
Akibat tangisan langit semalaman
Kini kian asam
Saat kau sebarkan UREA perlahan
Hanjriit.....
Tiap musim bertambah
Hingga mencapai tujuh *Kw per hektar
Pantas.....
Wajahku terasa kaku, retak dan mengeras
Kau jejali mulutku dengan sampah
Kau paksa aku menelan rangkaian senyawa beracun
Hingga **residu nya menggerogoti ragaku
kini ku mati dan impotent
Tak mampu membuat ASA mu menghijau
Hingga kembali kau jejali mulutku
Dengan literan senyawa-senyawa ***alkalis
Mikroba, cacing dan jasad renik yang lain tersingkir
Kalah bersaing dengan produk para bankir
Kalian tak sadar
Tlah jadikanku sampah peradapan
Untuk generasimu mendatang
* Kwintal
** Sisa / racun
*** Senyawa keras / Basa
"Lia..Pipit Mungil"
Embrio
Aku menggeliat
Menendang dinding *pericarp yang liat
Walau hanya dengan tetesan embun
Yang meresap ke pori-pori kulit
Aku harus tumbuh
Mencari cahaya mentari
Ringankan beban petani
Aku harus bertahan
Meski keping lembagaku tercabik tak karuan
Di koyak serangga-serangga jahanam
Ku tak mau petani kian kecut
Merogoh kocek dari dompet yang kusut
Tuk menyulamku yang terenggut maut
*Kulit biji
"Lia"
Menendang dinding *pericarp yang liat
Walau hanya dengan tetesan embun
Yang meresap ke pori-pori kulit
Aku harus tumbuh
Mencari cahaya mentari
Ringankan beban petani
Aku harus bertahan
Meski keping lembagaku tercabik tak karuan
Di koyak serangga-serangga jahanam
Ku tak mau petani kian kecut
Merogoh kocek dari dompet yang kusut
Tuk menyulamku yang terenggut maut
*Kulit biji
"Lia"
Ratap Jalanan
Jatahku kau sunat
Takaranku kau perhemat
Aku tercabik semburat
Saat menahan beban berat
Guyuran hujan menambah sekarat
Mencipta liang-liang sesat
Penggunaku mengumpat
Sumpah serapah terucap
Tatkala ia terjengkang hebat
Tak sedikit nyawa terenggut
Saat roda masuk liang maut
Ratakan aku
Sumpal liangku dengan mulut rakusmu
Aku takkan pernah mulus
Selagi otakmu seperti bulus
"Lia"
Takaranku kau perhemat
Aku tercabik semburat
Saat menahan beban berat
Guyuran hujan menambah sekarat
Mencipta liang-liang sesat
Penggunaku mengumpat
Sumpah serapah terucap
Tatkala ia terjengkang hebat
Tak sedikit nyawa terenggut
Saat roda masuk liang maut
Ratakan aku
Sumpal liangku dengan mulut rakusmu
Aku takkan pernah mulus
Selagi otakmu seperti bulus
"Lia"
Semestaku Mangkat
Terik matahari menyengat ubun-ubun
Gerah menyelimuti, raga bermandi peluh
Bumi retak berdebu
Pohon-pohon meranggas pilu
Peradaban dunia turut berubah
Pria atau wanita tiada pasti
Cinta, puisi dan nada sirna
Caci maki khianat meraja
Oh.....
Bumiku berkarat
Langitku tergantung menunggu tenggat
Samudra melesak keperut bumi
Hutan terpaksa gadaikan diri jadi sahara
Hai...jasad-jasad mati
Sadarlah...bangkitlah dari mati surimu
Asahlah rasamu dengan samurai tertajam dunia
Lihatlah....
Semesta kita tlah sekarat
Sakit menahun turun temurun
Bertahan berkorban demi kalian
Menunggu obat yang tak kunjung datang
Bilakah semestaku kan mangkat
1000 tahun..?? 100 tahun..?? 10 tahun..??
Ataukah esok hari...???
Dan saat itu tiba sesalpun tak berarti
"Lia-Pipit mungil"
19 Juni 2009
Gerah menyelimuti, raga bermandi peluh
Bumi retak berdebu
Pohon-pohon meranggas pilu
Peradaban dunia turut berubah
Pria atau wanita tiada pasti
Cinta, puisi dan nada sirna
Caci maki khianat meraja
Oh.....
Bumiku berkarat
Langitku tergantung menunggu tenggat
Samudra melesak keperut bumi
Hutan terpaksa gadaikan diri jadi sahara
Hai...jasad-jasad mati
Sadarlah...bangkitlah dari mati surimu
Asahlah rasamu dengan samurai tertajam dunia
Lihatlah....
Semesta kita tlah sekarat
Sakit menahun turun temurun
Bertahan berkorban demi kalian
Menunggu obat yang tak kunjung datang
Bilakah semestaku kan mangkat
1000 tahun..?? 100 tahun..?? 10 tahun..??
Ataukah esok hari...???
Dan saat itu tiba sesalpun tak berarti
"Lia-Pipit mungil"
19 Juni 2009
Kemarau
Semilir anginmu hadirkan tawa riang
Lambungkan layang-layang di angkasa benderang
Terik mentarimu panjang menyengat
Merangsang kelopak bunga tuk kembang
Mendaulat senyawa glukosa rasuki batang-batang tebu
Pacu generatif hijauan tuk bercumbu
Ciptakan benih-benih yang di tunggu
Saat malam menjelang
Langit pun terang penuh gemintang
Kaki-kaki mungil tak henti berkejaran
Nikmati malam bermandikan rembulan
Saat fajar menjelang
Sang bayu berhembus lembab
Dingin menusuk tulang
Lahirkan titik-titik embun menggairahkan
Namun....
Masamu yang panjang
Membuat bumiku gersang
Sumur-sumur kering kerontang
Sungai-sungai bagai cawan sariawan
Leher-leher mamanjang menahan kehausan
Rerumputan menguning sekarat
Lumut-lumut tinggal kerak
Kami menyebutmu paceklik
Karna tak satupun hasil yang dapat dipetik
Panas sinarmu bak pemantik
Hasilkan percikan api membara
Membakar hutan-hutan di bumi persada
Kemarau....
Bawa suka dan duka tiada terperi
Duka yang bukan kau maui
Tapi akibat ulah kami sendiri
"Lia or Pipit Mungil"
Semoga kemarau kali ini baik-baik saja
Tak ada asap disumatra, kalimantan dan sekitarnya
Tak ada kekeringan lagi...amin...
Lambungkan layang-layang di angkasa benderang
Terik mentarimu panjang menyengat
Merangsang kelopak bunga tuk kembang
Mendaulat senyawa glukosa rasuki batang-batang tebu
Pacu generatif hijauan tuk bercumbu
Ciptakan benih-benih yang di tunggu
Saat malam menjelang
Langit pun terang penuh gemintang
Kaki-kaki mungil tak henti berkejaran
Nikmati malam bermandikan rembulan
Saat fajar menjelang
Sang bayu berhembus lembab
Dingin menusuk tulang
Lahirkan titik-titik embun menggairahkan
Namun....
Masamu yang panjang
Membuat bumiku gersang
Sumur-sumur kering kerontang
Sungai-sungai bagai cawan sariawan
Leher-leher mamanjang menahan kehausan
Rerumputan menguning sekarat
Lumut-lumut tinggal kerak
Kami menyebutmu paceklik
Karna tak satupun hasil yang dapat dipetik
Panas sinarmu bak pemantik
Hasilkan percikan api membara
Membakar hutan-hutan di bumi persada
Kemarau....
Bawa suka dan duka tiada terperi
Duka yang bukan kau maui
Tapi akibat ulah kami sendiri
"Lia or Pipit Mungil"
Semoga kemarau kali ini baik-baik saja
Tak ada asap disumatra, kalimantan dan sekitarnya
Tak ada kekeringan lagi...amin...
Biarkan Aku Bernyanyi dan Berpuisi
Bibirku bersenandung
Nyanyikan kidung cinta asmaradana
Dendangkan nyanyian rindu semesta bestari
Agar semua orang tahu
Bahwa aku sang pemuja cinta lewat lagu
Agar alam tahu rinduku menggebu
Dan semesta bertasbih
Mengikuti untaian nada dawai gitarku
Melebur bersatu padu dalam sukmaku
Hingga tercipta kidung cinta bernada surga
Jemariku kan terus menari
Diatas kanvas putih nan suci
Tuangkan bait kata fantasi
Syairku tentang cinta
Mendayu syahdu menggelora
Meliuk diantara pohon pohon hati penuh rindu
Hingga sampai dan bertahta
Dalam mahligai istana cinta membiru
Syairku tentang semesta
Yang begitu indah asri memukau
Tempatku lahir, tumbuh dan hidup
Hingga kembali berkalang tanah
Biarkan aku terus bernyanyi
Hingga suaraku tak mampu lagi bersenandung
Biarkan aku terus berpuisi
Hingga otakku membeku
Dan jemariku tak sanggup lagi menari
Tuangkan semua bait fantasi
"Lia"
Nyanyikan kidung cinta asmaradana
Dendangkan nyanyian rindu semesta bestari
Agar semua orang tahu
Bahwa aku sang pemuja cinta lewat lagu
Agar alam tahu rinduku menggebu
Dan semesta bertasbih
Mengikuti untaian nada dawai gitarku
Melebur bersatu padu dalam sukmaku
Hingga tercipta kidung cinta bernada surga
Jemariku kan terus menari
Diatas kanvas putih nan suci
Tuangkan bait kata fantasi
Syairku tentang cinta
Mendayu syahdu menggelora
Meliuk diantara pohon pohon hati penuh rindu
Hingga sampai dan bertahta
Dalam mahligai istana cinta membiru
Syairku tentang semesta
Yang begitu indah asri memukau
Tempatku lahir, tumbuh dan hidup
Hingga kembali berkalang tanah
Biarkan aku terus bernyanyi
Hingga suaraku tak mampu lagi bersenandung
Biarkan aku terus berpuisi
Hingga otakku membeku
Dan jemariku tak sanggup lagi menari
Tuangkan semua bait fantasi
"Lia"
Jumat, 03 Juli 2009
Kelana Imaji
Sayapku mengepak pelan kelelahan
Meliuk limbung nyaris tersungkur
Mata sipitku seakan rabun
Silau akan gulita dalam gemerlap cahaya
Meraba dinding-dinding yang penuh lentera
Paruh rapuhku berkicau sendu
Diantara suara-suara gempita dari bibir bisu
Membaur dalam teriakan-teriakan empati semu
Hendak kemana ringkih tubuh mungilku berlabuh
Diistana megah bertabur bunga
Dengan suasana mencekam bak pekuburan tua
Atau kecomberan berlumpur
Dimana ketulusan dan kebeliaan canda tawa meraja
Imajiku terus melayang
Iringi kepakku yang kian tak beraturan
Mencari jawab nurani tuk sebuah keabadian
"Lia"
Apakah yang aku cari
Hanya sebatas kelana imajikah..??
Meliuk limbung nyaris tersungkur
Mata sipitku seakan rabun
Silau akan gulita dalam gemerlap cahaya
Meraba dinding-dinding yang penuh lentera
Paruh rapuhku berkicau sendu
Diantara suara-suara gempita dari bibir bisu
Membaur dalam teriakan-teriakan empati semu
Hendak kemana ringkih tubuh mungilku berlabuh
Diistana megah bertabur bunga
Dengan suasana mencekam bak pekuburan tua
Atau kecomberan berlumpur
Dimana ketulusan dan kebeliaan canda tawa meraja
Imajiku terus melayang
Iringi kepakku yang kian tak beraturan
Mencari jawab nurani tuk sebuah keabadian
"Lia"
Apakah yang aku cari
Hanya sebatas kelana imajikah..??
Minggu, 28 Juni 2009
Syair Bumi
Ayahku bintang
Berdiri tinggi membuatku segan
Dia menjadikanku sekuat karang
Tangisanku segera terhenti bukan karena ketakutan
Namun dia mengajariku cara mengakhiri tangisan
Lalu kita tertawa lantang
Membuat bundaku masam
Tangan bajanya begitu lembut di wajahku
Tutur berwibawa tiada kata kasar
Ayahku adalah bintang kala malam
Bersinar terus menuntun aku anaknya dari kegelapan
Bundaku Rembulan
Berwajah teduh menenangkan
Senyumnya begitu lembut khas keibuan
Yang menyinariku kala gelap menjelang
Yang mampu mencerahkan wajahku kala masam
Bundaku rembulan
Yang selalu mengajarkanku kepribadian
Mengenal satu persatu tentang fenomena alam
Menjelaskan padaku pada tiap perubahan yang terjadi pada tubuhku
Memberikanku pengajaran tentang makna kehidupan
Bundaku rembulan
Yang selalu tersenyum lembut walau kepayahan
Merawat aku dari kecil hingga sekarang
Selalu menemani aku dan ayahku sang bintang
Takdirku sungguh indah
Penuh gurat-gurat tangan kasih sayang
Pelukan lembut keikhlasan,
Belaian keadilan tiap saat kurasakan
Ayahku bintang, bundaku rembulan
Wajah bundaku kekhusukan sunyi
Mata ayahku kewibawaan malam
Hati-hati bunda meletakkanku pada ranjang cinta kasih
Ditiupkan angin malam beraroma bunga-bunga rumput liar
Hingga syaraf-syarafku peka terhadap ketidak adilan dan kebusukan nurani
Dikenakannya padaku pakaian indah bersulan sutera pelangi
Sang bintang mengajarkan ketaatan gunung-gunung tinggi
Yang menjaga amanat sampai mati
Dia berikan timbangan keadilan dan pena ketegasan sebagai mainanku
Agar kelak ku mampu bersikap adil dan tegas menghadapi kehidupan
Siangnya ribuan pengetahuan bak air sungai mengalir deras
Merasuki otakku sebagai bekal amalanku pada dunia
Ayahku bintang, bundaku rembulan
Tangisan kepasrahan dan kecemasan esok pagi
Tercipta dari lidah-lidah kepasrahan
Ribuan do'a dengan mantra suci
Menggedor pintu langit memohon asa
Mengharap diriku anaknya menjadi seperti kehendak-Nya
Aku adalah buah kisah kasih sunyi penuh ridho
Dari senandung kerinduan malam pada hasrat Ilahi
Aku hadir karena renungan kesucian
Aku lahir dari rahim kepekaan malam
Dan aku adalah BUMI
Duniaku begitu indah
Penuh canda tawa dan kasih
Sapaan riang penuh ketulusan
Ayahku yang gemintang
Bundaku sang rembulan
Sahabatku sang matahari
Bintang dan rembulan mengajarkanku akan kehidupan
Yang didalamnya terdapat kekuatan dan kelembutan
Bagaimana cara memilah dan memilih mana kebaikan dan kejahatan
Sang matahari selalu menemaniku
Memberikan hangat cahayanya kala ku membeku
Mengajarkanku apa arti memberi tanpa mengharap kembali
Memberikanku penghargaan yang begitu besar
Walau terkadang diriku menjengkelkan
Yang selalu menyediakan telinganya saat ku berkeluh kesah
Yang membiarkan pundaknya basah kala ku menangis
Sahabatku sang matahari yang selalu tahu apa yang terukir dalam hati
Dia selalu tahu nada-nada yang ingin kunyanyikan
Dan akan menyanyikannya kembali untukku saat ku lupa bait-baitnnya
Akulah BUMI
Kehidupanku amat indah nian
Aku tercipta dari sari pati ayahku yang bagai bintang
Lahir dari rahim bundaku yang bagai rembulan
Bermain dan tertawa dengan sahabatku yang bagai matahari
Akulah BUMI
yang akan selalu bernyanyi berpuisi
Dengan kidung cinta semesta bestari
Yang akan terus bersyukur pada Ilahi Robbi
Yang telah memberiku anugrah terindah
Dengan mengirimkanku sang bintang, sang rembulan dan sang matahari
Yang selalu menemaniku hingga akhir nanti
"Lia by Ronny"
Berdiri tinggi membuatku segan
Dia menjadikanku sekuat karang
Tangisanku segera terhenti bukan karena ketakutan
Namun dia mengajariku cara mengakhiri tangisan
Lalu kita tertawa lantang
Membuat bundaku masam
Tangan bajanya begitu lembut di wajahku
Tutur berwibawa tiada kata kasar
Ayahku adalah bintang kala malam
Bersinar terus menuntun aku anaknya dari kegelapan
Bundaku Rembulan
Berwajah teduh menenangkan
Senyumnya begitu lembut khas keibuan
Yang menyinariku kala gelap menjelang
Yang mampu mencerahkan wajahku kala masam
Bundaku rembulan
Yang selalu mengajarkanku kepribadian
Mengenal satu persatu tentang fenomena alam
Menjelaskan padaku pada tiap perubahan yang terjadi pada tubuhku
Memberikanku pengajaran tentang makna kehidupan
Bundaku rembulan
Yang selalu tersenyum lembut walau kepayahan
Merawat aku dari kecil hingga sekarang
Selalu menemani aku dan ayahku sang bintang
Takdirku sungguh indah
Penuh gurat-gurat tangan kasih sayang
Pelukan lembut keikhlasan,
Belaian keadilan tiap saat kurasakan
Ayahku bintang, bundaku rembulan
Wajah bundaku kekhusukan sunyi
Mata ayahku kewibawaan malam
Hati-hati bunda meletakkanku pada ranjang cinta kasih
Ditiupkan angin malam beraroma bunga-bunga rumput liar
Hingga syaraf-syarafku peka terhadap ketidak adilan dan kebusukan nurani
Dikenakannya padaku pakaian indah bersulan sutera pelangi
Sang bintang mengajarkan ketaatan gunung-gunung tinggi
Yang menjaga amanat sampai mati
Dia berikan timbangan keadilan dan pena ketegasan sebagai mainanku
Agar kelak ku mampu bersikap adil dan tegas menghadapi kehidupan
Siangnya ribuan pengetahuan bak air sungai mengalir deras
Merasuki otakku sebagai bekal amalanku pada dunia
Ayahku bintang, bundaku rembulan
Tangisan kepasrahan dan kecemasan esok pagi
Tercipta dari lidah-lidah kepasrahan
Ribuan do'a dengan mantra suci
Menggedor pintu langit memohon asa
Mengharap diriku anaknya menjadi seperti kehendak-Nya
Aku adalah buah kisah kasih sunyi penuh ridho
Dari senandung kerinduan malam pada hasrat Ilahi
Aku hadir karena renungan kesucian
Aku lahir dari rahim kepekaan malam
Dan aku adalah BUMI
Duniaku begitu indah
Penuh canda tawa dan kasih
Sapaan riang penuh ketulusan
Ayahku yang gemintang
Bundaku sang rembulan
Sahabatku sang matahari
Bintang dan rembulan mengajarkanku akan kehidupan
Yang didalamnya terdapat kekuatan dan kelembutan
Bagaimana cara memilah dan memilih mana kebaikan dan kejahatan
Sang matahari selalu menemaniku
Memberikan hangat cahayanya kala ku membeku
Mengajarkanku apa arti memberi tanpa mengharap kembali
Memberikanku penghargaan yang begitu besar
Walau terkadang diriku menjengkelkan
Yang selalu menyediakan telinganya saat ku berkeluh kesah
Yang membiarkan pundaknya basah kala ku menangis
Sahabatku sang matahari yang selalu tahu apa yang terukir dalam hati
Dia selalu tahu nada-nada yang ingin kunyanyikan
Dan akan menyanyikannya kembali untukku saat ku lupa bait-baitnnya
Akulah BUMI
Kehidupanku amat indah nian
Aku tercipta dari sari pati ayahku yang bagai bintang
Lahir dari rahim bundaku yang bagai rembulan
Bermain dan tertawa dengan sahabatku yang bagai matahari
Akulah BUMI
yang akan selalu bernyanyi berpuisi
Dengan kidung cinta semesta bestari
Yang akan terus bersyukur pada Ilahi Robbi
Yang telah memberiku anugrah terindah
Dengan mengirimkanku sang bintang, sang rembulan dan sang matahari
Yang selalu menemaniku hingga akhir nanti
"Lia by Ronny"
Gejolak Jiwa
Dalam kesendirian membuat ku tersadar
Dalam penantian panjang tercipta sebuah ruang hampa
Tanpa tersadar tiada sengaja
Jiwaku bergolak mencipta TANYA tanpa JAWAB
Aku terpekur ngilu
Mencoba berdamai dengan gejolak kalbu
Menekan tanya yang kian menggebu
Menuntut sebuah jawab suci dari dasar sanubari
Satu persatu tanya ku cerna
Raga bergetar jiwa luluh lantak tak berdaya
Siapakah diriku...???
Apakah aku hanya seonggok daging busuk berselimut sutra..???
Atau sebuah raga yang begitu sempurna dengan segala kelengkapannya..???
Namun untuk apakah aku diciptakan...???
apakah hanya sekedar hidup untuk makan...???
Adakah kemanfaatan atas hadirnya diriku...???
Ataukah hanya sebuah kemudharatan belaka...???
Sudahkah aku bersyukur dengan segenap jiwa atas segala nikmatNya...???
Telah termanfaatkankah kesempurnaan raga yang di anugerahkannya...???
Aku ber MATA...
Namun tak pernah mampu melihat segala petunjukNya
Mata telanjangku rabun hingga tak tahu apa yang terjadi disekitarku
Mata batinku tak lagi peka hingga cuek saja pada suatu perkara
Aku ber TELINGA...
Namun tak menjadikanku mendengar serua-seruanNya
Tetap tak peuli pada rintihan semesta
Mungkinkah HATI ku tlah MATI RASA...???
Lalu apa bedanya aku dengan bongkahan karang tepian samudra
Yang hanya membisu dengan keangkuhan tenggelam dalam ketakberdayaan
Aku berjalan melenggang congkak
Tertawa berderai diatas ratap tangis menyayat pilu
Berfoya-foya diatas lautan darah kaum papa
Hatiku yang tak lagi tersentuh menatap wajah dekil sayu
Melihat bayang-bayang kemelaratan di mata mereka
Air mataku tak lagi jatuh mendengar ratapan pilu lapar dahaga
Aku begitu terbuai dengan nikmat yang disuguhkan
tenggelam dalam sampah-sampah kemoderenan
Aku tak pernah mampu kembali dari kelenaan panjang MAYA FANA
Wahai dewa-dewa khayangan
Gunung-gunung tinggi menjuntai langit
Samudra-samudra terluas membelah bumi
Semesta serta alam dan isinya
Mengapa jiwaku tetap bergeming
Tetap mati...mati..mati...dan mati
Mengapa keangkuhanku melebihi keangkuhan kalian duhai semesta
Apa yang sebenarnya aku banggakan...???
Raga yang nampak begitu kokoh dan sempurna inikah...???
Wajah tampan dan cantik inikah..???
Harta benda inikah...???
TAPI INI PUNYA SIAPA...???
Bukankah semua ini semata hanya titipan-Nya...???
Astagfirullahalazim.....
Duh Gusti...
Lindungilah hati yang sebenarnya suci ini
Tiupkanlah angin kemuliaan dan kebaikan padanya
Jangan biarkan dia menjadi hitam pekat berkarat
Membusuk perlahan hingga bersekutu dengan kematian
Ya Ilahi Robbi...
Berikanlah cahayaMu
Tak hanya dalam masa gelam mengkungkungku
Namun saat benderang merasukiku
Karena bisikan-bisikan terkutuk itu ada pada keduanya
Dan hanya Engkau Ya Allah Yaa Rahman Yaa Rahim
Yang mampu menjaga fitrahnya dengan segala Kuasa-Mu
"Lia"
Dalam penantian panjang tercipta sebuah ruang hampa
Tanpa tersadar tiada sengaja
Jiwaku bergolak mencipta TANYA tanpa JAWAB
Aku terpekur ngilu
Mencoba berdamai dengan gejolak kalbu
Menekan tanya yang kian menggebu
Menuntut sebuah jawab suci dari dasar sanubari
Satu persatu tanya ku cerna
Raga bergetar jiwa luluh lantak tak berdaya
Siapakah diriku...???
Apakah aku hanya seonggok daging busuk berselimut sutra..???
Atau sebuah raga yang begitu sempurna dengan segala kelengkapannya..???
Namun untuk apakah aku diciptakan...???
apakah hanya sekedar hidup untuk makan...???
Adakah kemanfaatan atas hadirnya diriku...???
Ataukah hanya sebuah kemudharatan belaka...???
Sudahkah aku bersyukur dengan segenap jiwa atas segala nikmatNya...???
Telah termanfaatkankah kesempurnaan raga yang di anugerahkannya...???
Aku ber MATA...
Namun tak pernah mampu melihat segala petunjukNya
Mata telanjangku rabun hingga tak tahu apa yang terjadi disekitarku
Mata batinku tak lagi peka hingga cuek saja pada suatu perkara
Aku ber TELINGA...
Namun tak menjadikanku mendengar serua-seruanNya
Tetap tak peuli pada rintihan semesta
Mungkinkah HATI ku tlah MATI RASA...???
Lalu apa bedanya aku dengan bongkahan karang tepian samudra
Yang hanya membisu dengan keangkuhan tenggelam dalam ketakberdayaan
Aku berjalan melenggang congkak
Tertawa berderai diatas ratap tangis menyayat pilu
Berfoya-foya diatas lautan darah kaum papa
Hatiku yang tak lagi tersentuh menatap wajah dekil sayu
Melihat bayang-bayang kemelaratan di mata mereka
Air mataku tak lagi jatuh mendengar ratapan pilu lapar dahaga
Aku begitu terbuai dengan nikmat yang disuguhkan
tenggelam dalam sampah-sampah kemoderenan
Aku tak pernah mampu kembali dari kelenaan panjang MAYA FANA
Wahai dewa-dewa khayangan
Gunung-gunung tinggi menjuntai langit
Samudra-samudra terluas membelah bumi
Semesta serta alam dan isinya
Mengapa jiwaku tetap bergeming
Tetap mati...mati..mati...dan mati
Mengapa keangkuhanku melebihi keangkuhan kalian duhai semesta
Apa yang sebenarnya aku banggakan...???
Raga yang nampak begitu kokoh dan sempurna inikah...???
Wajah tampan dan cantik inikah..???
Harta benda inikah...???
TAPI INI PUNYA SIAPA...???
Bukankah semua ini semata hanya titipan-Nya...???
Astagfirullahalazim.....
Duh Gusti...
Lindungilah hati yang sebenarnya suci ini
Tiupkanlah angin kemuliaan dan kebaikan padanya
Jangan biarkan dia menjadi hitam pekat berkarat
Membusuk perlahan hingga bersekutu dengan kematian
Ya Ilahi Robbi...
Berikanlah cahayaMu
Tak hanya dalam masa gelam mengkungkungku
Namun saat benderang merasukiku
Karena bisikan-bisikan terkutuk itu ada pada keduanya
Dan hanya Engkau Ya Allah Yaa Rahman Yaa Rahim
Yang mampu menjaga fitrahnya dengan segala Kuasa-Mu
"Lia"
Jumat, 19 Juni 2009
Kelanaku Tak Lagi Nyata
Kaki tertatih terseok melangkah
Beban sarat noktah menghantui
Raga tinggal tulang berbalut wadah kasar
Jiwa kering kerontang, gersang meranggas
NNuurani terkungkung dalam tabir keangkuhan
Keletihan membias di permukaan wajah lusuh
Keputus asaan membayang dalam tatapan mata kelam hampa
Bimbang rasuki akal, bibir meracau tak keruan
Asa tinggal puing-puing berserak
Bak debu melayang terbawa hembus sang bayu
Kembali kaki ringkih melangkah
Menyisir bumi berbatu, tapaki lorong panjang gelap
Jelajahi tepian jurang terjal, tanpa arah tujuan
Terukir jelas dalam ingatan, membayang keangkuhan kesombongan
kala raga berteriak lantang
"AKU AKAN BERKELANA"
Berlari mencari dan merengkuhnya
bersumpah kan dapatkan tuk milikinya
Namun...
Kesombongan itu telah sirna
Keangkuhan menguap entah kemana
Meninggalkan wadah kasar yang kini bgai jasad mati
Terombang-ambing bak dilautan tanpa tepian
Semua yang diimpikan hanya bayangan ilusi
Cinta yang diperjuangkan berganti onak duri
Sumpah yang diikrarkan tlah lama mati
Hati yang diharap semanis madu, kini berselimut empedu meracuni
Hingga kelanaku tak lagi pasti, berganti halusinasi
Batinku berteriak....
Hai seonggok daging merah
Kau begitu angkuh dan sombong
Hingga tertutupi kebodohan, kerapuhan dan kedangkalanmu
Berkalipun kau berdarah tetap tak peduli
Menunggu asa yang ternyata sebilah BELATI
Hingga kau berpaling dari cinta sejati-Nya
Batin bergolak antara harap dan bimbang
Kala secercah sinar mengerjap dikejauhan
Tuhan...
Apakah itu cahaya-Mu
Yang sengaja engkau biaskan
Tuk terangi langkahku
Ya..Robb..
Bukalah mata telanjangku
Agar dapat melihat semua Petunjuk-Mu
Ya...Ilahi...
Bukalah mata batinku
Hingga benderang jalan yang kan ku tapaki
Ya...Allah..
Tunjukkan kuasa-Mu akan keajaiban semesta
Hikmah di sebalik pahit manis kehidupan
Bangunkan aku dari mimpi tidur panjang
Hentikan aku dari kelana maya fana
Hingga kudapat kembali menjamah dunia nyata
Melanjutkan kembali KELANA yang tertunda
Hanya untuk satu tujuan dan harapan
"RIDHO-MU Sang Maha Agung"
Amien....
Beban sarat noktah menghantui
Raga tinggal tulang berbalut wadah kasar
Jiwa kering kerontang, gersang meranggas
NNuurani terkungkung dalam tabir keangkuhan
Keletihan membias di permukaan wajah lusuh
Keputus asaan membayang dalam tatapan mata kelam hampa
Bimbang rasuki akal, bibir meracau tak keruan
Asa tinggal puing-puing berserak
Bak debu melayang terbawa hembus sang bayu
Kembali kaki ringkih melangkah
Menyisir bumi berbatu, tapaki lorong panjang gelap
Jelajahi tepian jurang terjal, tanpa arah tujuan
Terukir jelas dalam ingatan, membayang keangkuhan kesombongan
kala raga berteriak lantang
"AKU AKAN BERKELANA"
Berlari mencari dan merengkuhnya
bersumpah kan dapatkan tuk milikinya
Namun...
Kesombongan itu telah sirna
Keangkuhan menguap entah kemana
Meninggalkan wadah kasar yang kini bgai jasad mati
Terombang-ambing bak dilautan tanpa tepian
Semua yang diimpikan hanya bayangan ilusi
Cinta yang diperjuangkan berganti onak duri
Sumpah yang diikrarkan tlah lama mati
Hati yang diharap semanis madu, kini berselimut empedu meracuni
Hingga kelanaku tak lagi pasti, berganti halusinasi
Batinku berteriak....
Hai seonggok daging merah
Kau begitu angkuh dan sombong
Hingga tertutupi kebodohan, kerapuhan dan kedangkalanmu
Berkalipun kau berdarah tetap tak peduli
Menunggu asa yang ternyata sebilah BELATI
Hingga kau berpaling dari cinta sejati-Nya
Batin bergolak antara harap dan bimbang
Kala secercah sinar mengerjap dikejauhan
Tuhan...
Apakah itu cahaya-Mu
Yang sengaja engkau biaskan
Tuk terangi langkahku
Ya..Robb..
Bukalah mata telanjangku
Agar dapat melihat semua Petunjuk-Mu
Ya...Ilahi...
Bukalah mata batinku
Hingga benderang jalan yang kan ku tapaki
Ya...Allah..
Tunjukkan kuasa-Mu akan keajaiban semesta
Hikmah di sebalik pahit manis kehidupan
Bangunkan aku dari mimpi tidur panjang
Hentikan aku dari kelana maya fana
Hingga kudapat kembali menjamah dunia nyata
Melanjutkan kembali KELANA yang tertunda
Hanya untuk satu tujuan dan harapan
"RIDHO-MU Sang Maha Agung"
Amien....
Rabu, 17 Juni 2009
Di Balik Rinai Hujan
Senja tak lagi merona
Terselimut awan hitam mengarak menggulung
Rinai hujan menitik
Tumpah ruah bagai bah
Sang bayu menderu memburu halilintar
Sesosok jasad terpaku
Menengadah langit menatap nanar
Bibir terkatup rahang gemeletuk
Mengekang amarah emosi jiwa
Sang hujan kian membuncah
Menjawab kemarahan dengan amarah
Kilat pun menyambar biaskan bara membara
Jasad berteriak dengan pongah
Tangan mengepal menantang
Dada membusung bergemuruh
Hujan....
Guyurlah raga kotor nan nista
Agar noktah lebur dan hanyut keujung dunia tanpa cahaya
Bayu....
Hentakkan topan terpa sukma
Terbangkan segala resah gulana
Hingga tak satupun tersisa jejak-jejaknya
Halilintar.....
Sambar jasad pongah ini
Bakar gelora nafsu dengan baramu
Hingga tak lagi tersisa cinta semu tak abadi
Tuhan....
Rengkuh jasad kerdil dengan kasihMu
Sucikan jiwa dengan fatwaMu
Tuntun nurani dengan kuasaMu
Tiupkan cinta bernafas surga
Dengan kemurnian sebening cahaya
Yang kupuja dan kurasa hanya untukMu
"Lia"
Kesendirian membuatku tersadar bahwa aku
hanyalah seonggok jasad bernyawa yang penuh anugrah
Terselimut awan hitam mengarak menggulung
Rinai hujan menitik
Tumpah ruah bagai bah
Sang bayu menderu memburu halilintar
Sesosok jasad terpaku
Menengadah langit menatap nanar
Bibir terkatup rahang gemeletuk
Mengekang amarah emosi jiwa
Sang hujan kian membuncah
Menjawab kemarahan dengan amarah
Kilat pun menyambar biaskan bara membara
Jasad berteriak dengan pongah
Tangan mengepal menantang
Dada membusung bergemuruh
Hujan....
Guyurlah raga kotor nan nista
Agar noktah lebur dan hanyut keujung dunia tanpa cahaya
Bayu....
Hentakkan topan terpa sukma
Terbangkan segala resah gulana
Hingga tak satupun tersisa jejak-jejaknya
Halilintar.....
Sambar jasad pongah ini
Bakar gelora nafsu dengan baramu
Hingga tak lagi tersisa cinta semu tak abadi
Tuhan....
Rengkuh jasad kerdil dengan kasihMu
Sucikan jiwa dengan fatwaMu
Tuntun nurani dengan kuasaMu
Tiupkan cinta bernafas surga
Dengan kemurnian sebening cahaya
Yang kupuja dan kurasa hanya untukMu
"Lia"
Kesendirian membuatku tersadar bahwa aku
hanyalah seonggok jasad bernyawa yang penuh anugrah
Rabu, 10 Juni 2009
Hutang Janji
Malam ini aku kembali termangu
Memandang gundah jalanan yang kian lengang
Memeluk tubuh yang tiba-tiba menggigil
Entah karena dingin atau amarah
Kutajamkan Telinga tuk suara yang kutunggu
Namun hingga berdengung gaung suara itu tak terdengar
Acapkali kulabuhkan pandanganku ke lorong yang tlah gelap
Meski hanya sebuah bayangan pun tak nampak
Kejadian yang selalu membuatku jengah dan muak
Menyesak menyentak kalbu
Berbuah bara amarah dan kebencian
Muncul begitu cepat laksana topan
Kembali janji itu kau nisbahkan
Bertumpuk tumpang tindih berkarat
Belum lunas hutang janji kau bayarkan
Bak jamur di musim hujan
Anak janji baru bermunculan
Kapankah hutang janjimu kan terlunaskan...????
Memandang gundah jalanan yang kian lengang
Memeluk tubuh yang tiba-tiba menggigil
Entah karena dingin atau amarah
Kutajamkan Telinga tuk suara yang kutunggu
Namun hingga berdengung gaung suara itu tak terdengar
Acapkali kulabuhkan pandanganku ke lorong yang tlah gelap
Meski hanya sebuah bayangan pun tak nampak
Kejadian yang selalu membuatku jengah dan muak
Menyesak menyentak kalbu
Berbuah bara amarah dan kebencian
Muncul begitu cepat laksana topan
Kembali janji itu kau nisbahkan
Bertumpuk tumpang tindih berkarat
Belum lunas hutang janji kau bayarkan
Bak jamur di musim hujan
Anak janji baru bermunculan
Kapankah hutang janjimu kan terlunaskan...????
Selasa, 09 Juni 2009
Puisi Tuk Sahabat
Aku tertegun takjub
Membaca goresan pena sarat makna
Kekaguman tiba-tiba muncul pada jari pengukirnya
Walau tak tahu siapa dia
Kubaca sebuah nama, hmmm....wajah sederhana
Terkesan misterius dan angkuh
Kutelusuri kata demi kata dalam tiap bait gubahannya
Isyaratkan karakter keras namun memikat
Segan terasa tuk menyapa
Membayang keangkuhan di wajahnya
Perlahan ku coba menguak tabir tentangnya
Melalui bait-bait sarat tanya
Mata begitu tajam namun lembut
Wajah tegas penuh kedewasaan
Bibirnya tebarkan senyum bersahabat
Gurauannya begitu kocak
Terkesan lebay bahkan kadang norak
Namun kata-katanya begitu bijak
Itu yang aku suka darinya
Aku menjadi penuh warna jika bersamanya
Kadang merasa begitu bodoh
Merasa diri paling pintar
Seringkali tersanjung dengan pujiannya
Bahkan tersinggung dan marah dengan kata-katanya
Namun aku menikmati semua itu
Begitu nyaman dan indah
Bersyukur aku mengenal dia
Sahabat.....
Terima kasih tuk waktu yang selalu kau sediakan
Telinga yang siap mendengarkan keluh kesah
Bibir yang mengucap kata pujian, nasehat bahkan kritikan
Sahabat.....
Denganmu aku tak perlu JAIM
Aku bisa tertawa sepuasnya
Tanpa khawatir dianggap cerawak
Aku bisa cerita semuanya tanpa khawatir
Karna ku yakin kan dijaga tiap amanah yang kupinta
Bahkan aku tidak malu saat harus menangis
Sahabat.....
Terima kasih tuk semua penerimaanmu
Karnamu aku merasa lebih berharga
Perlu kita ingat sahabatku.....
Persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga
Persahabatan ibarat tangan dengan mata
Saat tangan terluka mata akan menangis
Saat mata menangis
Tangan akan menghapus air mata itu
Persahabatan sejati layaknya kesehatan
Nilainya baru kita sadari setelah kehilangan
Sahabat adalah seseorang yang dapat
Mendengarkan lagu dalam hati kita
Dan akan menyanyikannya kembali
Saat kita lupa bait-baitnya
Sahabat adalah......
"Tangan Tuhan untuk menjaga kita"
Special for You (0212-0717)
Thanks tuk semua sahabat dimanapun kalian berada
"Lia"
Thanks ya dah mau ngerti aku
Semoga persahabatan ini abadi
Amien.......
Membaca goresan pena sarat makna
Kekaguman tiba-tiba muncul pada jari pengukirnya
Walau tak tahu siapa dia
Kubaca sebuah nama, hmmm....wajah sederhana
Terkesan misterius dan angkuh
Kutelusuri kata demi kata dalam tiap bait gubahannya
Isyaratkan karakter keras namun memikat
Segan terasa tuk menyapa
Membayang keangkuhan di wajahnya
Perlahan ku coba menguak tabir tentangnya
Melalui bait-bait sarat tanya
Mata begitu tajam namun lembut
Wajah tegas penuh kedewasaan
Bibirnya tebarkan senyum bersahabat
Gurauannya begitu kocak
Terkesan lebay bahkan kadang norak
Namun kata-katanya begitu bijak
Itu yang aku suka darinya
Aku menjadi penuh warna jika bersamanya
Kadang merasa begitu bodoh
Merasa diri paling pintar
Seringkali tersanjung dengan pujiannya
Bahkan tersinggung dan marah dengan kata-katanya
Namun aku menikmati semua itu
Begitu nyaman dan indah
Bersyukur aku mengenal dia
Sahabat.....
Terima kasih tuk waktu yang selalu kau sediakan
Telinga yang siap mendengarkan keluh kesah
Bibir yang mengucap kata pujian, nasehat bahkan kritikan
Sahabat.....
Denganmu aku tak perlu JAIM
Aku bisa tertawa sepuasnya
Tanpa khawatir dianggap cerawak
Aku bisa cerita semuanya tanpa khawatir
Karna ku yakin kan dijaga tiap amanah yang kupinta
Bahkan aku tidak malu saat harus menangis
Sahabat.....
Terima kasih tuk semua penerimaanmu
Karnamu aku merasa lebih berharga
Perlu kita ingat sahabatku.....
Persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga
Persahabatan ibarat tangan dengan mata
Saat tangan terluka mata akan menangis
Saat mata menangis
Tangan akan menghapus air mata itu
Persahabatan sejati layaknya kesehatan
Nilainya baru kita sadari setelah kehilangan
Sahabat adalah seseorang yang dapat
Mendengarkan lagu dalam hati kita
Dan akan menyanyikannya kembali
Saat kita lupa bait-baitnya
Sahabat adalah......
"Tangan Tuhan untuk menjaga kita"
Special for You (0212-0717)
Thanks tuk semua sahabat dimanapun kalian berada
"Lia"
Thanks ya dah mau ngerti aku
Semoga persahabatan ini abadi
Amien.......
Apa dan Mengapa
Masih terlalu gelap tuk dikatakan pagi kala kuterjaga
Kusapukan pandanganku pada tiap jengkal sudut kamar
Bayanganmu jelas nian di ujung mata
Namun tak sekelebatpun nampak dalam sukma
Darahku berdesir
Mengapa.....???
Ada apa denganku...???
Sesuatu yang lembut berbisik lirih dalam gendang telinga
Sebab.....
Hati tlah terlanjur kecewa
Rindu tlah lebih dulu jadi benci
Hasrat membara tiba-tiba membeku
Air matapun tlah terlanjur tumpah
Kisah seperti apa yang sebenarnya kujalani...???
Lakon seperti apa yang harus ku perankan....???
Semua hanya ada dalam tanda tanya besar
Apa dan Mengapa...???
Siapa dan bagaimana...??
Namun...
Apakah semua itu jadi alasan
Cukup adilkah jika takdir yang dipersalahkan
Kembali ku bertanya
Hai Nurani....
Sudah benarkah yang kau lakukan
Seberapa besar pengorbanan yang kau beri
Sedalam apakah cinta yang kau agungkan
Apa benar kau sudah bersabar
Sudah bijakkah kau sikapi persoalan
Nuraniku tak mampu menjawab
Semua kembali pada
Apa dan Mengapa....????
Siapa dan Bagaimana...???
"Lia"
Terkadang butuh seseorang tuk berbagi
Butuh seseorang tuk mengatakan kau salah
Butuh seseorang yang bisa mengerti
Kusapukan pandanganku pada tiap jengkal sudut kamar
Bayanganmu jelas nian di ujung mata
Namun tak sekelebatpun nampak dalam sukma
Darahku berdesir
Mengapa.....???
Ada apa denganku...???
Sesuatu yang lembut berbisik lirih dalam gendang telinga
Sebab.....
Hati tlah terlanjur kecewa
Rindu tlah lebih dulu jadi benci
Hasrat membara tiba-tiba membeku
Air matapun tlah terlanjur tumpah
Kisah seperti apa yang sebenarnya kujalani...???
Lakon seperti apa yang harus ku perankan....???
Semua hanya ada dalam tanda tanya besar
Apa dan Mengapa...???
Siapa dan bagaimana...??
Namun...
Apakah semua itu jadi alasan
Cukup adilkah jika takdir yang dipersalahkan
Kembali ku bertanya
Hai Nurani....
Sudah benarkah yang kau lakukan
Seberapa besar pengorbanan yang kau beri
Sedalam apakah cinta yang kau agungkan
Apa benar kau sudah bersabar
Sudah bijakkah kau sikapi persoalan
Nuraniku tak mampu menjawab
Semua kembali pada
Apa dan Mengapa....????
Siapa dan Bagaimana...???
"Lia"
Terkadang butuh seseorang tuk berbagi
Butuh seseorang tuk mengatakan kau salah
Butuh seseorang yang bisa mengerti
Dilema
Cinta itu tlah kumiliki
Namun begitu sulit terjamah
Bertahta dan mangkat dengan sesukanya
Membawaku dalam dilema antara ada dan tiada
Hatiku ibarat sebuah penginapan baginya
Ragaku bak seonggok ranjang antik koleksinya
Singgah atau tidak tergantung kebutuhannya
Duduk atau rebah tergantung kuasanya
Dia ada atau tidak bagiku sama saja
Tak menjadikan duniaku lebih berwarna
Kau ada namun tiada
Kau tiada namun ada dan begitu nyata
Sabar seperti apa yang harus ku sampirkan
Setia seperti apa yang harus ku sematkan
Cinta seperti apa yang sebenarnya aku idamkan
"Lia"
Sabar, ikhlas, setia adalah kata yang mudah diucap
namun begitu sulit tuk di kecap
Namun begitu sulit terjamah
Bertahta dan mangkat dengan sesukanya
Membawaku dalam dilema antara ada dan tiada
Hatiku ibarat sebuah penginapan baginya
Ragaku bak seonggok ranjang antik koleksinya
Singgah atau tidak tergantung kebutuhannya
Duduk atau rebah tergantung kuasanya
Dia ada atau tidak bagiku sama saja
Tak menjadikan duniaku lebih berwarna
Kau ada namun tiada
Kau tiada namun ada dan begitu nyata
Sabar seperti apa yang harus ku sampirkan
Setia seperti apa yang harus ku sematkan
Cinta seperti apa yang sebenarnya aku idamkan
"Lia"
Sabar, ikhlas, setia adalah kata yang mudah diucap
namun begitu sulit tuk di kecap
Setangkup MLATI
Kupacu motorku dengan kecepatan tertinggi
Seiring denyut jantung memacu adrenalin
Ter-engah mengejar harap
Tuk setangkup MLATI yang jadi syarat
Kulewati jalan panjang berkelok
Kadang halus mulus sering juga berkerikil
Kadang ramai dan riuh
Acapkali bagai lorong-lorong sepi tanpa penghuni
Tunggu aku di sudut pantai itu
Kan kulabuhkan segenap rasa menyesak dada
Hingga terbuka pasung pembungkus jiwa
Tunggu aku di bibir pantai itu
Kan kutumpahkan telaga yang membuncah
Menyeruak berebut di pelupuk mata
Hempaskan semua duka lara
Jika semua tlah usai
Taburkan setangkup MLATI itu di wajah dan ragaku
Agar terbayar lunas hutang janjimu
"Lia"
Puger, 17 Mei 2009
Seiring denyut jantung memacu adrenalin
Ter-engah mengejar harap
Tuk setangkup MLATI yang jadi syarat
Kulewati jalan panjang berkelok
Kadang halus mulus sering juga berkerikil
Kadang ramai dan riuh
Acapkali bagai lorong-lorong sepi tanpa penghuni
Tunggu aku di sudut pantai itu
Kan kulabuhkan segenap rasa menyesak dada
Hingga terbuka pasung pembungkus jiwa
Tunggu aku di bibir pantai itu
Kan kutumpahkan telaga yang membuncah
Menyeruak berebut di pelupuk mata
Hempaskan semua duka lara
Jika semua tlah usai
Taburkan setangkup MLATI itu di wajah dan ragaku
Agar terbayar lunas hutang janjimu
"Lia"
Puger, 17 Mei 2009
Senin, 08 Juni 2009
Wajah Anak Bangsa
Kupandangi wajah-wajah mungil itu
Begitu lugu nan suci
Penuh minat namun sarat tanda tanya
Sebuah pengharapan yang besar
Tuk secuil ilmu yang ingin di kecap
Tingkah polah mereka membuatku geli
Bangga sekaligus trenyuh
Mereka begitu antusias
Berseri tatkala mengerti
Kebingungan tatkala kurang faham
Arrccgh..sungguh pemandangan yang indah
Sering kutangkap pandangan penuh tanya
Penuh semangat membara
Seolah berkata
Aku pasti bisa mengikuti tiap katamu Bu Guru
Akupun kian semangat
Membuka lembar demi lembar diktat
Tuk penuhi dahaga mereka
Puaskan keingin tahuan mereka
Pada wajah-wajah itu ku berharap
Generasi penerus bangsa briliant tercipta
Seorang pemimpin bangsa bijak terlahir
Wajah anak bangsa ku
Padamu kulabuhkan asa
Tuk sejuta harap demi kemajuan bangsa
"Lia"
Kelas Wustho
19 Mei 09 (19.12)
Begitu lugu nan suci
Penuh minat namun sarat tanda tanya
Sebuah pengharapan yang besar
Tuk secuil ilmu yang ingin di kecap
Tingkah polah mereka membuatku geli
Bangga sekaligus trenyuh
Mereka begitu antusias
Berseri tatkala mengerti
Kebingungan tatkala kurang faham
Arrccgh..sungguh pemandangan yang indah
Sering kutangkap pandangan penuh tanya
Penuh semangat membara
Seolah berkata
Aku pasti bisa mengikuti tiap katamu Bu Guru
Akupun kian semangat
Membuka lembar demi lembar diktat
Tuk penuhi dahaga mereka
Puaskan keingin tahuan mereka
Pada wajah-wajah itu ku berharap
Generasi penerus bangsa briliant tercipta
Seorang pemimpin bangsa bijak terlahir
Wajah anak bangsa ku
Padamu kulabuhkan asa
Tuk sejuta harap demi kemajuan bangsa
"Lia"
Kelas Wustho
19 Mei 09 (19.12)
Transformasi Diri
Bila kehidupan laksana samudra
Maka hidup itu adalah sebuah perahu
Kita harus arif dalam menantang gelombang
Agar selamat mencapai pulau harapan
Setiap perubahan menghadirkan sebuah harapan
Harapan mengandung tantangan
Tantangan selalu berisiko
Namun kita harus berani mengambil resiko
Agar dapat mengubah hidup
Tidak ada yang pasti dalam hidup dan kehidupan
Kecuali satu
Yaitu bahwa hidup hanya sekali
Jangan sia-siakan waktu
Manfaatkanlah sebaik mungkin
Untuk menjadikan hidup semakin berarti
Bila kita belajar dari setiap peristiwa yang terjadi
Maka ia akan menghadirkan pengetahuan
Bila kita belajar dari apa yang terjadi pada kita
Maka ia akan melahirkan kearifan hidup
Kearifan hidup adalah modal utama
untuk mencapai cita-cita hidup
Kita tidaj dapat merubah orang lain
Tetapi kita dapat merubah diri kita
Bila seekor ulat bisa berubah, kenapa kita tidak...????
"don't ask me, ask your heart...the answer is in your heart"
Renungkanlah
"Lia by Tjiptadinata Efendi"
Maka hidup itu adalah sebuah perahu
Kita harus arif dalam menantang gelombang
Agar selamat mencapai pulau harapan
Setiap perubahan menghadirkan sebuah harapan
Harapan mengandung tantangan
Tantangan selalu berisiko
Namun kita harus berani mengambil resiko
Agar dapat mengubah hidup
Tidak ada yang pasti dalam hidup dan kehidupan
Kecuali satu
Yaitu bahwa hidup hanya sekali
Jangan sia-siakan waktu
Manfaatkanlah sebaik mungkin
Untuk menjadikan hidup semakin berarti
Bila kita belajar dari setiap peristiwa yang terjadi
Maka ia akan menghadirkan pengetahuan
Bila kita belajar dari apa yang terjadi pada kita
Maka ia akan melahirkan kearifan hidup
Kearifan hidup adalah modal utama
untuk mencapai cita-cita hidup
Kita tidaj dapat merubah orang lain
Tetapi kita dapat merubah diri kita
Bila seekor ulat bisa berubah, kenapa kita tidak...????
"don't ask me, ask your heart...the answer is in your heart"
Renungkanlah
"Lia by Tjiptadinata Efendi"
Andai
Di sudut puncak tertinggi kotaku
Ku duduk terpekur
Mengingat sepotong hati nun jauh disana
Sedang apakah gerangan kasihku
Akankah dikau rindu
Adakah kau jua rasa hampa
Kupandang kerlip lampu kota
Nampak begitu kecil nan indah
Berpijar bak bintang kejora
Nun jauh di bawah sana
Andai kau ada di sini
Memeluk ragaku yang tiba-tiba dingin
Mengisi kehampaan jiwa sepi
Memadu kasih sejati jiwa
Andai hanya tinggal andai
Khayal hanya tinggal impian
Bayangan hanya berkelebat saja
Semua tak nyata
Semu dab selalu semu
"Lia"
Ku duduk terpekur
Mengingat sepotong hati nun jauh disana
Sedang apakah gerangan kasihku
Akankah dikau rindu
Adakah kau jua rasa hampa
Kupandang kerlip lampu kota
Nampak begitu kecil nan indah
Berpijar bak bintang kejora
Nun jauh di bawah sana
Andai kau ada di sini
Memeluk ragaku yang tiba-tiba dingin
Mengisi kehampaan jiwa sepi
Memadu kasih sejati jiwa
Andai hanya tinggal andai
Khayal hanya tinggal impian
Bayangan hanya berkelebat saja
Semua tak nyata
Semu dab selalu semu
"Lia"
Selasa, 02 Juni 2009
Mata Itu
Mata itu tak lagi bening
Ternoda oleh pandangan penuh dosa
Berkarat oleh kilatan amarah
Mata itu tak lagi indah
Penuh lingkar hitam karena lelah
Terkungkung dalam rutinitas tanpa arah
Mata itu tak lagi berseri
Ada guratan duka disana
Luka yang teramat dalam
Hingga tatapannya kelam hampa
Mata itu tak lagi tersenyum
Tak lagi ikut tertawa
Ada telaga yang bergejolak disana
yang tiap saat bisa tumpah
Melampiaskan segala gundah
Tatapan mata itu kosong
Hampa tanpa gairah
Menyimpan sejuta resah
"Lia"
Ada apa dengan pemilik mata itu..??
Ternoda oleh pandangan penuh dosa
Berkarat oleh kilatan amarah
Mata itu tak lagi indah
Penuh lingkar hitam karena lelah
Terkungkung dalam rutinitas tanpa arah
Mata itu tak lagi berseri
Ada guratan duka disana
Luka yang teramat dalam
Hingga tatapannya kelam hampa
Mata itu tak lagi tersenyum
Tak lagi ikut tertawa
Ada telaga yang bergejolak disana
yang tiap saat bisa tumpah
Melampiaskan segala gundah
Tatapan mata itu kosong
Hampa tanpa gairah
Menyimpan sejuta resah
"Lia"
Ada apa dengan pemilik mata itu..??
Rabu, 13 Mei 2009
Bayangan
Aku tergugu
Dengan lidah yang teramat kelu
Melihat bayanganku di telaga biru
Silih berganti bayangan itu muncul
Bagai slide show film yang sengaja diputar
Nampak aku diwaktu kecil
Begitu dekil kusam tak terawat
Cengeng dan selalu penuh rasa takut
Amat rapuh mengenaskan
Selalu bertanya-tanya apa itu kehidupan
Saat aku remaja
Mulai tampak perubahan pada tubuhku
Lumayan bersih bercahaya
Mulai berani menatap dan bertanya
Namun masih tetap cengeng pemalu dan manja
Rekaman berganti saat aku menginjak dewasa
Perubahan yang terjadi begitu beragam
Gaya bicara, cara bergaul
Mulia mengenal apa itu cinta
Pemahaman terhadap hidup yang lebih mendalam
Namun tetap cengeng dan manja
Aku tergagap
Tiba-tiba ulu hati serasa tersayat sembilu
Hanya se BATAS itukah perubahan yang terjadi padaku,
sejak aku dilahirkan...???
Terlalu banyak waktu yang aku sia-siakan
Terlalu mahal kubayar hidup'
hanya dengan kelenaan panjang
Bilakah perubahan hakiki kan terjadi padaku
Bilakah lembaran baru kan terbuka
Hingga ku dapat menorehkan
kisah-kisah berharga didalamnya
Merajut asa tuk masa depan yang masih panjang
"Lia"
Dengan lidah yang teramat kelu
Melihat bayanganku di telaga biru
Silih berganti bayangan itu muncul
Bagai slide show film yang sengaja diputar
Nampak aku diwaktu kecil
Begitu dekil kusam tak terawat
Cengeng dan selalu penuh rasa takut
Amat rapuh mengenaskan
Selalu bertanya-tanya apa itu kehidupan
Saat aku remaja
Mulai tampak perubahan pada tubuhku
Lumayan bersih bercahaya
Mulai berani menatap dan bertanya
Namun masih tetap cengeng pemalu dan manja
Rekaman berganti saat aku menginjak dewasa
Perubahan yang terjadi begitu beragam
Gaya bicara, cara bergaul
Mulia mengenal apa itu cinta
Pemahaman terhadap hidup yang lebih mendalam
Namun tetap cengeng dan manja
Aku tergagap
Tiba-tiba ulu hati serasa tersayat sembilu
Hanya se BATAS itukah perubahan yang terjadi padaku,
sejak aku dilahirkan...???
Terlalu banyak waktu yang aku sia-siakan
Terlalu mahal kubayar hidup'
hanya dengan kelenaan panjang
Bilakah perubahan hakiki kan terjadi padaku
Bilakah lembaran baru kan terbuka
Hingga ku dapat menorehkan
kisah-kisah berharga didalamnya
Merajut asa tuk masa depan yang masih panjang
"Lia"
Antara Tiga Rasa
Arrggcchh....
Rindu, benci dan cinta..
Kata dan rasa yang selalu menghuni hati manusia
Kata dan rasa yang selalu berhubungan
Kata dan rasa yang saling berpagut
Namun ketiganya mempunyai makna
dan rasa yang berbeda
Antara tiga rasa
Mampu merubah insan dengan cepatnya
Tiba-tiba jadi romantis penuh cinta
Kadang bagai orang limbung tak tentu arah
Mendadak menangis histeris menyayat
Dengan roman muka penuh amarah dan dendam
"Lia"
Sejatining Urip
Rindu, benci dan cinta..
Kata dan rasa yang selalu menghuni hati manusia
Kata dan rasa yang selalu berhubungan
Kata dan rasa yang saling berpagut
Namun ketiganya mempunyai makna
dan rasa yang berbeda
Antara tiga rasa
Mampu merubah insan dengan cepatnya
Tiba-tiba jadi romantis penuh cinta
Kadang bagai orang limbung tak tentu arah
Mendadak menangis histeris menyayat
Dengan roman muka penuh amarah dan dendam
"Lia"
Sejatining Urip
Bagai PELITA dan Cahaya
ENGKAU-lah PELITA
dan kami hanya cahaya
Berjuta-juta cahaya
terpancar dari PELITA yang sama
Berganti warna
seiring waktu yang berbeda
PELITA tak pernah berubah
Cahaya bertingkat-tingkat
dengan sesama cahaya
satu lenyap tertindih yang lainnya
melebur menjadi cahaya utama
kemudian lenyap
kembali ke dalam PELITA
ENGKAU-lah sumber cahaya
dan kami hanya salah satu cahaya
dari miliaran pendaran cahaya
dan kami hanya cahaya
Berjuta-juta cahaya
terpancar dari PELITA yang sama
Berganti warna
seiring waktu yang berbeda
PELITA tak pernah berubah
Cahaya bertingkat-tingkat
dengan sesama cahaya
satu lenyap tertindih yang lainnya
melebur menjadi cahaya utama
kemudian lenyap
kembali ke dalam PELITA
ENGKAU-lah sumber cahaya
dan kami hanya salah satu cahaya
dari miliaran pendaran cahaya
yang terpancar dari Sang PELITA
"Lia"
By Agus Mustofa
"Lia"
By Agus Mustofa
Kulminasi Penantian
Aku tlah benar-benar jenuh
Berada pada titik kulminasi penantian panjang
Arrcccggghhhh....
Bilakah penantianku usai
Bilakah kelanamu kau hentikan
Aku tak yakin kita mampu menjaga ikrar setia
Banyak hati yang menawarkan
segenggam cintanya pada kita
Banyak kabar negative yang terlontar diantara kita
Hatiku tlah terpasung pada hatimu
Hingga tak mungkin berpaling
Tapi aku sekarang lelah bahkan teramat lelah
Aku tidak lagi yakin pada cinta kita
Oh Semesta...oh Sang Bayu...
Wahai Tuan Sang Penguasa
Beri jawab padaku
Apa yang harus aku lakukan...???
Akankah penantian panjangku sia-sia
"Lia"
Ya Allah beri aku kekuatan
Berada pada titik kulminasi penantian panjang
Arrcccggghhhh....
Bilakah penantianku usai
Bilakah kelanamu kau hentikan
Aku tak yakin kita mampu menjaga ikrar setia
Banyak hati yang menawarkan
segenggam cintanya pada kita
Banyak kabar negative yang terlontar diantara kita
Hatiku tlah terpasung pada hatimu
Hingga tak mungkin berpaling
Tapi aku sekarang lelah bahkan teramat lelah
Aku tidak lagi yakin pada cinta kita
Oh Semesta...oh Sang Bayu...
Wahai Tuan Sang Penguasa
Beri jawab padaku
Apa yang harus aku lakukan...???
Akankah penantian panjangku sia-sia
"Lia"
Ya Allah beri aku kekuatan
Pencarianku
Setiap saat aku melakukan pencarian
terhadap eksistensi-Mu
Bisakah aku mengenali-Mu..??
Cara apa yang harus ku tempuh
untuk dapat mengenali-Mu..??
Bukankah Engkau Dzat yang
"Tan Kinaya Ngapa"
yang takkan dapat tergambarkan oleh akalku
Secara harfiah aku memang memiliki naluri
Untuk mencari dan mengenali-Mu
Namun kenyataan berkata lain
Menunjukkan upaya itu seringkali tersesat
Bukan Engkau (Tuhan Allah)
yang aku temui
Melainkan Tuhan-Tuhan yang lain
Ya Robb
Tuntunlah aku tuk menemukan-Mu
Jangan biarkan hamba terlena
dengan kesesatan-kesesatan yang begitu samar
"Lia"
Insyaallah....Amien
terhadap eksistensi-Mu
Bisakah aku mengenali-Mu..??
Cara apa yang harus ku tempuh
untuk dapat mengenali-Mu..??
Bukankah Engkau Dzat yang
"Tan Kinaya Ngapa"
yang takkan dapat tergambarkan oleh akalku
Secara harfiah aku memang memiliki naluri
Untuk mencari dan mengenali-Mu
Namun kenyataan berkata lain
Menunjukkan upaya itu seringkali tersesat
Bukan Engkau (Tuhan Allah)
yang aku temui
Melainkan Tuhan-Tuhan yang lain
Ya Robb
Tuntunlah aku tuk menemukan-Mu
Jangan biarkan hamba terlena
dengan kesesatan-kesesatan yang begitu samar
"Lia"
Insyaallah....Amien
Minggu, 10 Mei 2009
Jauh dan Dekat
Aku jauh Engkau jauh
Aku dekat Engkau dekat
Hati adalah cermin
Tempat pahala dan dosa berlabuh
Kutipan syair BIMBO membuatku miris
Menampar sisi-sisi dinding hati terdalam
Saat aku menjauhimu
Engkaupun menjauh dariku
Namun Engkau Arrahman Arrahim
Kau biarkan aku tetap menikmati ciptaan-Mu
Menghirup udara, menerima rizqimu
Tanpa sedikitpun Engkau meminta imbalan
Saat aku mendekati-Mu
Engkaupun dngan berlari mendekatiku
Kau beri berpuluh kali lipat anugrah-Mu
Kau berikan kebahagiaan demi kebahagiaan untukku
Kau kabulkan apa yang ku munajatkan
"Lia"
Allahu Akbar
Aku dekat Engkau dekat
Hati adalah cermin
Tempat pahala dan dosa berlabuh
Kutipan syair BIMBO membuatku miris
Menampar sisi-sisi dinding hati terdalam
Saat aku menjauhimu
Engkaupun menjauh dariku
Namun Engkau Arrahman Arrahim
Kau biarkan aku tetap menikmati ciptaan-Mu
Menghirup udara, menerima rizqimu
Tanpa sedikitpun Engkau meminta imbalan
Saat aku mendekati-Mu
Engkaupun dngan berlari mendekatiku
Kau beri berpuluh kali lipat anugrah-Mu
Kau berikan kebahagiaan demi kebahagiaan untukku
Kau kabulkan apa yang ku munajatkan
"Lia"
Allahu Akbar
Ikhlaskan Aku
Ya Robb...
Ikhlaskan aku menjalani takdirku
Yang begitu memasung keakuanku
Memporandakan mimpi dan asa yang terajut
Ikhlaskan aku melalui penantian panjang
Yang entah kapan kan usai
Walau kutlah amat letih dan tertatih
Aku nanti janji-Mu Ya Robb
Akan ada hikmah yang indah
di balik penantian panjangku
aku percaya Engkau tidak pernah terlelap
Selalu mendengar keluh kesahku
Dalam sujut panjangku
di malam-malam yang begitu sunyi
Ya Robb
Berikanlah aku kesabaran
Berikanlah aku Ridho-Mu
Tuk gapai kebahagiaan
Amien......
"Lia"
Ikhlaskan aku menjalani takdirku
Yang begitu memasung keakuanku
Memporandakan mimpi dan asa yang terajut
Ikhlaskan aku melalui penantian panjang
Yang entah kapan kan usai
Walau kutlah amat letih dan tertatih
Aku nanti janji-Mu Ya Robb
Akan ada hikmah yang indah
di balik penantian panjangku
aku percaya Engkau tidak pernah terlelap
Selalu mendengar keluh kesahku
Dalam sujut panjangku
di malam-malam yang begitu sunyi
Ya Robb
Berikanlah aku kesabaran
Berikanlah aku Ridho-Mu
Tuk gapai kebahagiaan
Amien......
"Lia"
Ibu
Ibu....
Engkau begitu kuat nan sabar
9 bulan kau menggendongku dalam perutmu
Tanpa merasa berat dan malu
Berjuang meregang nyawa menantang maut
Hanya tuk mengenalkanku dunia fana ini
Saat tangisan pertamaku pecah kau menangis haru
mengusap ubun-ubunku
menguntai do'a tuk sejumput asa
Ibu....
Engkau begitu lembut dan penuh kasih
Dari kecil hingga dewasa kau merawatku
Tak ada sepatahpun keluh kesahmu
Senyuman tulus selalu tersungging dibibirmu
Saat ku merajuk kau tau yang kuinginkan
Saat ku sedih terjulur tanganmu memelukku
Ibu....
Engkau wanita terhebat yang kumiliki
Darimu aku mengenal satu persatu fenomena alam
Kau jelaskan perubahan demi perubahan
yang terjadi pada tubuhku
Kau juga menuntunku tuk mengenal Sang Khaliq
Kau juga mengajariku makna kehidupan
Ibu....
Aku masih durhaka kepadamu
Kubalas semua kebaikanmu dengan kenakalan
Ku menyakitimu dengan segudang persoalan
Ijinkan ku bersimpuh di kakimu ibu
Berikan Ridho mu untukku
Hingga ku mampu menggapai surga di kakimu
"Lia"
Love You Mom
Engkau begitu kuat nan sabar
9 bulan kau menggendongku dalam perutmu
Tanpa merasa berat dan malu
Berjuang meregang nyawa menantang maut
Hanya tuk mengenalkanku dunia fana ini
Saat tangisan pertamaku pecah kau menangis haru
mengusap ubun-ubunku
menguntai do'a tuk sejumput asa
Ibu....
Engkau begitu lembut dan penuh kasih
Dari kecil hingga dewasa kau merawatku
Tak ada sepatahpun keluh kesahmu
Senyuman tulus selalu tersungging dibibirmu
Saat ku merajuk kau tau yang kuinginkan
Saat ku sedih terjulur tanganmu memelukku
Ibu....
Engkau wanita terhebat yang kumiliki
Darimu aku mengenal satu persatu fenomena alam
Kau jelaskan perubahan demi perubahan
yang terjadi pada tubuhku
Kau juga menuntunku tuk mengenal Sang Khaliq
Kau juga mengajariku makna kehidupan
Ibu....
Aku masih durhaka kepadamu
Kubalas semua kebaikanmu dengan kenakalan
Ku menyakitimu dengan segudang persoalan
Ijinkan ku bersimpuh di kakimu ibu
Berikan Ridho mu untukku
Hingga ku mampu menggapai surga di kakimu
"Lia"
Love You Mom
Langganan:
Postingan (Atom)