Rabu, 17 Juni 2009

Di Balik Rinai Hujan

Senja tak lagi merona
Terselimut awan hitam mengarak menggulung

Rinai hujan menitik
Tumpah ruah bagai bah
Sang bayu menderu memburu halilintar

Sesosok jasad terpaku
Menengadah langit menatap nanar
Bibir terkatup rahang gemeletuk
Mengekang amarah emosi jiwa

Sang hujan kian membuncah
Menjawab kemarahan dengan amarah
Kilat pun menyambar biaskan bara membara
Jasad berteriak dengan pongah
Tangan mengepal menantang
Dada membusung bergemuruh

Hujan....
Guyurlah raga kotor nan nista
Agar noktah lebur dan hanyut keujung dunia tanpa cahaya

Bayu....
Hentakkan topan terpa sukma
Terbangkan segala resah gulana
Hingga tak satupun tersisa jejak-jejaknya

Halilintar.....
Sambar jasad pongah ini
Bakar gelora nafsu dengan baramu
Hingga tak lagi tersisa cinta semu tak abadi

Tuhan....
Rengkuh jasad kerdil dengan kasihMu
Sucikan jiwa dengan fatwaMu
Tuntun nurani dengan kuasaMu
Tiupkan cinta bernafas surga
Dengan kemurnian sebening cahaya
Yang kupuja dan kurasa hanya untukMu


"Lia"
Kesendirian membuatku tersadar bahwa aku
hanyalah seonggok jasad bernyawa yang penuh anugrah