Aku jauh Engkau jauh
Aku dekat Engkau dekat
Hati adalah cermin
Tempat pahala dan dosa berlabuh
Kutipan syair BIMBO membuatku miris
Menampar sisi-sisi dinding hati terdalam
Saat aku menjauhimu
Engkaupun menjauh dariku
Namun Engkau Arrahman Arrahim
Kau biarkan aku tetap menikmati ciptaan-Mu
Menghirup udara, menerima rizqimu
Tanpa sedikitpun Engkau meminta imbalan
Saat aku mendekati-Mu
Engkaupun dngan berlari mendekatiku
Kau beri berpuluh kali lipat anugrah-Mu
Kau berikan kebahagiaan demi kebahagiaan untukku
Kau kabulkan apa yang ku munajatkan
"Lia"
Allahu Akbar
Minggu, 10 Mei 2009
Ikhlaskan Aku
Ya Robb...
Ikhlaskan aku menjalani takdirku
Yang begitu memasung keakuanku
Memporandakan mimpi dan asa yang terajut
Ikhlaskan aku melalui penantian panjang
Yang entah kapan kan usai
Walau kutlah amat letih dan tertatih
Aku nanti janji-Mu Ya Robb
Akan ada hikmah yang indah
di balik penantian panjangku
aku percaya Engkau tidak pernah terlelap
Selalu mendengar keluh kesahku
Dalam sujut panjangku
di malam-malam yang begitu sunyi
Ya Robb
Berikanlah aku kesabaran
Berikanlah aku Ridho-Mu
Tuk gapai kebahagiaan
Amien......
"Lia"
Ikhlaskan aku menjalani takdirku
Yang begitu memasung keakuanku
Memporandakan mimpi dan asa yang terajut
Ikhlaskan aku melalui penantian panjang
Yang entah kapan kan usai
Walau kutlah amat letih dan tertatih
Aku nanti janji-Mu Ya Robb
Akan ada hikmah yang indah
di balik penantian panjangku
aku percaya Engkau tidak pernah terlelap
Selalu mendengar keluh kesahku
Dalam sujut panjangku
di malam-malam yang begitu sunyi
Ya Robb
Berikanlah aku kesabaran
Berikanlah aku Ridho-Mu
Tuk gapai kebahagiaan
Amien......
"Lia"
Ibu
Ibu....
Engkau begitu kuat nan sabar
9 bulan kau menggendongku dalam perutmu
Tanpa merasa berat dan malu
Berjuang meregang nyawa menantang maut
Hanya tuk mengenalkanku dunia fana ini
Saat tangisan pertamaku pecah kau menangis haru
mengusap ubun-ubunku
menguntai do'a tuk sejumput asa
Ibu....
Engkau begitu lembut dan penuh kasih
Dari kecil hingga dewasa kau merawatku
Tak ada sepatahpun keluh kesahmu
Senyuman tulus selalu tersungging dibibirmu
Saat ku merajuk kau tau yang kuinginkan
Saat ku sedih terjulur tanganmu memelukku
Ibu....
Engkau wanita terhebat yang kumiliki
Darimu aku mengenal satu persatu fenomena alam
Kau jelaskan perubahan demi perubahan
yang terjadi pada tubuhku
Kau juga menuntunku tuk mengenal Sang Khaliq
Kau juga mengajariku makna kehidupan
Ibu....
Aku masih durhaka kepadamu
Kubalas semua kebaikanmu dengan kenakalan
Ku menyakitimu dengan segudang persoalan
Ijinkan ku bersimpuh di kakimu ibu
Berikan Ridho mu untukku
Hingga ku mampu menggapai surga di kakimu
"Lia"
Love You Mom
Engkau begitu kuat nan sabar
9 bulan kau menggendongku dalam perutmu
Tanpa merasa berat dan malu
Berjuang meregang nyawa menantang maut
Hanya tuk mengenalkanku dunia fana ini
Saat tangisan pertamaku pecah kau menangis haru
mengusap ubun-ubunku
menguntai do'a tuk sejumput asa
Ibu....
Engkau begitu lembut dan penuh kasih
Dari kecil hingga dewasa kau merawatku
Tak ada sepatahpun keluh kesahmu
Senyuman tulus selalu tersungging dibibirmu
Saat ku merajuk kau tau yang kuinginkan
Saat ku sedih terjulur tanganmu memelukku
Ibu....
Engkau wanita terhebat yang kumiliki
Darimu aku mengenal satu persatu fenomena alam
Kau jelaskan perubahan demi perubahan
yang terjadi pada tubuhku
Kau juga menuntunku tuk mengenal Sang Khaliq
Kau juga mengajariku makna kehidupan
Ibu....
Aku masih durhaka kepadamu
Kubalas semua kebaikanmu dengan kenakalan
Ku menyakitimu dengan segudang persoalan
Ijinkan ku bersimpuh di kakimu ibu
Berikan Ridho mu untukku
Hingga ku mampu menggapai surga di kakimu
"Lia"
Love You Mom
Tak Sanggup Berpuisi
Saat aku tak sanggup lagi berpuisi
Otakku terasa tumpul membatu
Lidah begitu kelu bagai menelan onak duri
Jemari tak sanggup menorekkan kata
karena mati rasa
Saat aku tak sanggup lagi berpuisi
Semesta ikut bergejolak
Sang waktu murka berhenti bergulir seketika
Angin berhenti berhembus
Burung-burung pun tak lagi berkicau merdu
Saat aku tak sanggup lagi berpuisi
Jiwa terasa kosong dan hampa
Ruh meregang melesat meninggalkan jasad
Hati tak lagi bening namun berkarat
Hingga tak mampu menjadi cermin
Saat aku tak sanggup lagi berpuisi
Sanjak cinta tak lagi tercipta
Karna rasa cinta menghilang entah kemana
Dia tak lagi menjadi penghuni sejati sanubari
Sejumput asapun tak lagi terajut
Tercipta kekakuan dan kebisuan
Tersisa kebekuan dan luka yang makin dalam
"Lia"
Otakku terasa tumpul membatu
Lidah begitu kelu bagai menelan onak duri
Jemari tak sanggup menorekkan kata
karena mati rasa
Saat aku tak sanggup lagi berpuisi
Semesta ikut bergejolak
Sang waktu murka berhenti bergulir seketika
Angin berhenti berhembus
Burung-burung pun tak lagi berkicau merdu
Saat aku tak sanggup lagi berpuisi
Jiwa terasa kosong dan hampa
Ruh meregang melesat meninggalkan jasad
Hati tak lagi bening namun berkarat
Hingga tak mampu menjadi cermin
Saat aku tak sanggup lagi berpuisi
Sanjak cinta tak lagi tercipta
Karna rasa cinta menghilang entah kemana
Dia tak lagi menjadi penghuni sejati sanubari
Sejumput asapun tak lagi terajut
Tercipta kekakuan dan kebisuan
Tersisa kebekuan dan luka yang makin dalam
"Lia"
Mencarimu
Pagi ini ku kembali mencarimu
diantara puluhan burung-burung beterbangan
Kepak sayapmu tak nampak
Pekik suaramu tetap tak terdengar
Pagi ini terasa tak lengkap tanpa hadirmu
Elang...
Di penghujung langit mana engkau terbang
Sayapku begitu ngilu kukepakkan
Akankah kau tlah berlabuh
Menemukan sarang yang lebih teduh
Tapi mengapa....
Mengapa bukan aku
apa karna ku hanya Pipit Mungil yang rapuh
Aku akan sabar menantimu
Walau itu menambah daftar panjang penantianku
Hingga sepatah kata terucap dari bibirmu
"Lia"
diantara puluhan burung-burung beterbangan
Kepak sayapmu tak nampak
Pekik suaramu tetap tak terdengar
Pagi ini terasa tak lengkap tanpa hadirmu
Elang...
Di penghujung langit mana engkau terbang
Sayapku begitu ngilu kukepakkan
Akankah kau tlah berlabuh
Menemukan sarang yang lebih teduh
Tapi mengapa....
Mengapa bukan aku
apa karna ku hanya Pipit Mungil yang rapuh
Aku akan sabar menantimu
Walau itu menambah daftar panjang penantianku
Hingga sepatah kata terucap dari bibirmu
"Lia"
BATAS Rindu
Rinduku tlah diambang BATAS
Menyesak menyeruak dalam kalbu
Muncul membentuk rona semburat diwajah
Saat mentari muncul
yang terlihat bukan cahaya namun auramu
Pipit pagi berceloteh terdengar bagai derai tawamu
Desauan angin ibarat bisikan cintamu
yang terputar kembali
Rinduku tlah lewati ambang BATAS
Kian menyesak hingga berubah perih dan ngilu
Menjelma membentuk tirai kemuakan dan kebencian
Titik-titik keraguan berpendar kian nyata
Seakan melumat habis rindu membara
Menjadikannya beku dan sedingin salju
"Lia"
Elang bilakah kau akhiri kelanamu
Pipit mungil tlah teramat lelah menanti
Menyesak menyeruak dalam kalbu
Muncul membentuk rona semburat diwajah
Saat mentari muncul
yang terlihat bukan cahaya namun auramu
Pipit pagi berceloteh terdengar bagai derai tawamu
Desauan angin ibarat bisikan cintamu
yang terputar kembali
Rinduku tlah lewati ambang BATAS
Kian menyesak hingga berubah perih dan ngilu
Menjelma membentuk tirai kemuakan dan kebencian
Titik-titik keraguan berpendar kian nyata
Seakan melumat habis rindu membara
Menjadikannya beku dan sedingin salju
"Lia"
Elang bilakah kau akhiri kelanamu
Pipit mungil tlah teramat lelah menanti
Langganan:
Postingan (Atom)