Rabu, 13 Mei 2009

Bayangan

Aku tergugu
Dengan lidah yang teramat kelu
Melihat bayanganku di telaga biru
Silih berganti bayangan itu muncul
Bagai slide show film yang sengaja diputar

Nampak aku diwaktu kecil
Begitu dekil kusam tak terawat
Cengeng dan selalu penuh rasa takut
Amat rapuh mengenaskan
Selalu bertanya-tanya apa itu kehidupan

Saat aku remaja
Mulai tampak perubahan pada tubuhku
Lumayan bersih bercahaya
Mulai berani menatap dan bertanya
Namun masih tetap cengeng pemalu dan manja

Rekaman berganti saat aku menginjak dewasa
Perubahan yang terjadi begitu beragam
Gaya bicara, cara bergaul
Mulia mengenal apa itu cinta
Pemahaman terhadap hidup yang lebih mendalam
Namun tetap cengeng dan manja

Aku tergagap
Tiba-tiba ulu hati serasa tersayat sembilu
Hanya se BATAS itukah perubahan yang terjadi padaku,
sejak aku dilahirkan...???
Terlalu banyak waktu yang aku sia-siakan
Terlalu mahal kubayar hidup'
hanya dengan kelenaan panjang

Bilakah perubahan hakiki kan terjadi padaku
Bilakah lembaran baru kan terbuka
Hingga ku dapat menorehkan
kisah-kisah berharga didalamnya
Merajut asa tuk masa depan yang masih panjang

"Lia"

Antara Tiga Rasa

Arrggcchh....
Rindu, benci dan cinta..
Kata dan rasa yang selalu menghuni hati manusia
Kata dan rasa yang selalu berhubungan
Kata dan rasa yang saling berpagut
Namun ketiganya mempunyai makna
dan rasa yang berbeda

Antara tiga rasa
Mampu merubah insan dengan cepatnya
Tiba-tiba jadi romantis penuh cinta
Kadang bagai orang limbung tak tentu arah
Mendadak menangis histeris menyayat
Dengan roman muka penuh amarah dan dendam

"Lia"
Sejatining Urip

Bagai PELITA dan Cahaya

ENGKAU-lah PELITA
dan kami hanya cahaya

Berjuta-juta cahaya
terpancar dari PELITA yang sama
Berganti warna
seiring waktu yang berbeda

PELITA tak pernah berubah

Cahaya bertingkat-tingkat
dengan sesama cahaya
satu lenyap tertindih yang lainnya
melebur menjadi cahaya utama

kemudian lenyap
kembali ke dalam PELITA

ENGKAU-lah sumber cahaya
dan kami hanya salah satu cahaya
dari miliaran pendaran cahaya
yang terpancar dari Sang PELITA

"Lia"
By Agus Mustofa




Kulminasi Penantian

Aku tlah benar-benar jenuh
Berada pada titik kulminasi penantian panjang
Arrcccggghhhh....
Bilakah penantianku usai
Bilakah kelanamu kau hentikan

Aku tak yakin kita mampu menjaga ikrar setia
Banyak hati yang menawarkan
segenggam cintanya pada kita
Banyak kabar negative yang terlontar diantara kita

Hatiku tlah terpasung pada hatimu
Hingga tak mungkin berpaling
Tapi aku sekarang lelah bahkan teramat lelah
Aku tidak lagi yakin pada cinta kita

Oh Semesta...oh Sang Bayu...
Wahai Tuan Sang Penguasa
Beri jawab padaku
Apa yang harus aku lakukan...???
Akankah penantian panjangku sia-sia

"Lia"
Ya Allah beri aku kekuatan

Pencarianku

Setiap saat aku melakukan pencarian
terhadap eksistensi-Mu
Bisakah aku mengenali-Mu..??
Cara apa yang harus ku tempuh
untuk dapat mengenali-Mu..??
Bukankah Engkau Dzat yang
"Tan Kinaya Ngapa"
yang takkan dapat tergambarkan oleh akalku

Secara harfiah aku memang memiliki naluri
Untuk mencari dan mengenali-Mu
Namun kenyataan berkata lain
Menunjukkan upaya itu seringkali tersesat
Bukan Engkau (Tuhan Allah)
yang aku temui
Melainkan Tuhan-Tuhan yang lain

Ya Robb
Tuntunlah aku tuk menemukan-Mu
Jangan biarkan hamba terlena
dengan kesesatan-kesesatan yang begitu samar

"Lia"
Insyaallah....Amien

Minggu, 10 Mei 2009

Jauh dan Dekat

Aku jauh Engkau jauh
Aku dekat Engkau dekat
Hati adalah cermin
Tempat pahala dan dosa berlabuh

Kutipan syair BIMBO membuatku miris
Menampar sisi-sisi dinding hati terdalam

Saat aku menjauhimu
Engkaupun menjauh dariku
Namun Engkau Arrahman Arrahim
Kau biarkan aku tetap menikmati ciptaan-Mu
Menghirup udara, menerima rizqimu
Tanpa sedikitpun Engkau meminta imbalan

Saat aku mendekati-Mu
Engkaupun dngan berlari mendekatiku
Kau beri berpuluh kali lipat anugrah-Mu
Kau berikan kebahagiaan demi kebahagiaan untukku
Kau kabulkan apa yang ku munajatkan

"Lia"
Allahu Akbar

Ikhlaskan Aku

Ya Robb...
Ikhlaskan aku menjalani takdirku
Yang begitu memasung keakuanku
Memporandakan mimpi dan asa yang terajut

Ikhlaskan aku melalui penantian panjang
Yang entah kapan kan usai
Walau kutlah amat letih dan tertatih

Aku nanti janji-Mu Ya Robb
Akan ada hikmah yang indah
di balik penantian panjangku
aku percaya Engkau tidak pernah terlelap
Selalu mendengar keluh kesahku
Dalam sujut panjangku
di malam-malam yang begitu sunyi

Ya Robb
Berikanlah aku kesabaran
Berikanlah aku Ridho-Mu
Tuk gapai kebahagiaan
Amien......

"Lia"

Ibu

Ibu....
Engkau begitu kuat nan sabar
9 bulan kau menggendongku dalam perutmu
Tanpa merasa berat dan malu
Berjuang meregang nyawa menantang maut
Hanya tuk mengenalkanku dunia fana ini
Saat tangisan pertamaku pecah kau menangis haru
mengusap ubun-ubunku
menguntai do'a tuk sejumput asa

Ibu....
Engkau begitu lembut dan penuh kasih
Dari kecil hingga dewasa kau merawatku
Tak ada sepatahpun keluh kesahmu
Senyuman tulus selalu tersungging dibibirmu
Saat ku merajuk kau tau yang kuinginkan
Saat ku sedih terjulur tanganmu memelukku

Ibu....
Engkau wanita terhebat yang kumiliki
Darimu aku mengenal satu persatu fenomena alam
Kau jelaskan perubahan demi perubahan
yang terjadi pada tubuhku
Kau juga menuntunku tuk mengenal Sang Khaliq
Kau juga mengajariku makna kehidupan

Ibu....
Aku masih durhaka kepadamu
Kubalas semua kebaikanmu dengan kenakalan
Ku menyakitimu dengan segudang persoalan
Ijinkan ku bersimpuh di kakimu ibu
Berikan Ridho mu untukku
Hingga ku mampu menggapai surga di kakimu

"Lia"
Love You Mom

Tak Sanggup Berpuisi

Saat aku tak sanggup lagi berpuisi
Otakku terasa tumpul membatu
Lidah begitu kelu bagai menelan onak duri
Jemari tak sanggup menorekkan kata
karena mati rasa

Saat aku tak sanggup lagi berpuisi
Semesta ikut bergejolak
Sang waktu murka berhenti bergulir seketika
Angin berhenti berhembus
Burung-burung pun tak lagi berkicau merdu

Saat aku tak sanggup lagi berpuisi
Jiwa terasa kosong dan hampa
Ruh meregang melesat meninggalkan jasad
Hati tak lagi bening namun berkarat
Hingga tak mampu menjadi cermin

Saat aku tak sanggup lagi berpuisi
Sanjak cinta tak lagi tercipta
Karna rasa cinta menghilang entah kemana
Dia tak lagi menjadi penghuni sejati sanubari
Sejumput asapun tak lagi terajut
Tercipta kekakuan dan kebisuan
Tersisa kebekuan dan luka yang makin dalam

"Lia"

Mencarimu

Pagi ini ku kembali mencarimu
diantara puluhan burung-burung beterbangan
Kepak sayapmu tak nampak
Pekik suaramu tetap tak terdengar
Pagi ini terasa tak lengkap tanpa hadirmu

Elang...
Di penghujung langit mana engkau terbang
Sayapku begitu ngilu kukepakkan
Akankah kau tlah berlabuh
Menemukan sarang yang lebih teduh
Tapi mengapa....
Mengapa bukan aku
apa karna ku hanya Pipit Mungil yang rapuh

Aku akan sabar menantimu
Walau itu menambah daftar panjang penantianku
Hingga sepatah kata terucap dari bibirmu

"Lia"

BATAS Rindu

Rinduku tlah diambang BATAS
Menyesak menyeruak dalam kalbu
Muncul membentuk rona semburat diwajah

Saat mentari muncul
yang terlihat bukan cahaya namun auramu
Pipit pagi berceloteh terdengar bagai derai tawamu
Desauan angin ibarat bisikan cintamu
yang terputar kembali

Rinduku tlah lewati ambang BATAS
Kian menyesak hingga berubah perih dan ngilu
Menjelma membentuk tirai kemuakan dan kebencian
Titik-titik keraguan berpendar kian nyata
Seakan melumat habis rindu membara
Menjadikannya beku dan sedingin salju

"Lia"
Elang bilakah kau akhiri kelanamu
Pipit mungil tlah teramat lelah menanti

Sabtu, 02 Mei 2009

Tanpa Judul

Rona merah senja kembali menggayut diufuk barat
Menelan keangkuhan sang surya
Perlahan gemintang mulai bermunculan
Sang bulanpun dengan pongahnya melenggang diatas langit
Sungguh pemandangan yang amat luar biasa

Aku tertegun
Senyumku tiba-tiba tak berbekas
Tawaku lenyap ditelan gulita malam
Hatiku teriris tercabik
Pandanganku seketika nanar

Keyakinanku akan hadirmu mendadak luruh
Yakinku akan setiamu menguap entah kemana
Akupun tak yakin bisa kembali merajut kain yang tlah hancur

Batinku kembali berteriak
Cinta....Aku ingin tua bersamamu
Merenda hari-hari penuh canda dan tawa
Menatap anak-anak yang kelak meneruskan jejak kita
Tanpa perlu sesaatpun khawatir
Hatimu pergi meninggalkanku

''Lia''
Apakah cemburu mulai mencolek hatiku....
Cemburu itu wajar asal masih dalam BATAS

Noktah Cemburu

Aku mencoba paham jika kau tak mungkin selalu disampingku
Tapi aku perempuan yang punya siklus tertentu
Saat emosiku terpacu lebih cepat
Hingga mudah termakan cerita negative tentangmu

Cinta..akankah kau tahu ?
Betapa sering ku merasa tak berdaya melawan waktu
Yang begitu menghimpit di setiap jengkal tubuh
Mempertahankan sebuah penantian yang semakin panjang

Sering aku bertanya
Samakah rasamu dengan rasaku
Rindukah kau padaku
Masihkah kau setia pada ikrar tuk selalu bersama

Cinta….
Salahkah jika aku meminta tatapan kagum,
Pujian dan kata-kata mesra itu hanya untukku
Salahkah jika aku meminta hanya aku di hatimu

Tak hanya jarak, ruang dan waktu
Namun juga mimpi dan kisah-kisah disekeliling
Yang memisahkanku dari genggaman jemarimu
Maafkan jika senyumku tersembunyi dibalik air mata
Dan kata-kata mesra tak terucap terperangkap dalam prasangka

Noktah itu bernama cemburu
Mencolek lembut dinding hatiku
Aku hanya ingin kau tahu
Cinta yang ku punya lebih berwarna
Dari yang kau kira

“Lia”
Jangan biarkan cemburu menguasaimu

yakinlah..Sang Elang kan kembali tuk hampiri si Pipit Mungil...