Kamis, 16 Juli 2009

Penantian

Jenjang penantian tlah berlumut
Lesakkan rindu dalam kabut
Kian lama merejam badan memagut

Serpihan rindu berbalik melingkupi sukma
Menggigit mencabik
Berdarah darah manis menghitam
Bak madu yang meracuni

Rindu dalam keseorangan
Menjerat dalam benang benang penantian
Sembilu sayat menyayat
Luka memerah merekah
Meradang tergarami
Pedih perih tiada bertepi

"Lia"

Jejak Cinta

Kusibak tirai dinding hatimu
Tak nampak satu huruf pun namaku terukir disana
Pedih tiba tiba di sebalik dada

Perlahan kutelusuri bilik hatimu
Tak satupun jejak langkah tertinggal
Kian perih rasa disebalik dada

Aku bertahan
Kusingkap pelan tabir relung hatimu
Samar kulihat jejak jejak indah
Berkelebat di pelupuk mata
Ada secercah harap
Tepiskan pedih palung jiwa

Tidak tidak...
Jejak itu bukan langkahku
Bukan bukan....
Tanda cinta itu juga bukan untukku

Pedih perih membentuk luka
Basah memerah
Hempas telaga di sudut mata
Terkoyak sudah rajutan asa

"Lia"
10 Juli '09

Pipit mungil terbang menukik langit
Menggapai sisa harap yang tergantung disana
Tiba tiba sayapnya patah
Pipit pun jatuh menimpa bumi
Berkalang tanah

Cinta Yang Hilang

Semilir angin kian lembab
Lahirkan titik titik embun diujung dedaun
Jangkrik bersiul merdu

Sayup suara Ku Ku si burung hantu

Suasana malam yang kian pekat nan senyap

Temaniku dalam pilu


Aku tergugu
Gejolak rindu seolah membeku
Rembulan yang tinggal separuh
Mengintip dari celah jendela kamarku

Dia pun terlihat agak sendu

Meski tetap tersenyum merayu
Seolah dia tahu gundahku

Oh rembulan

Tahukah engkau diujung langit mana dia terbang

Tak satupun nampak jejak juga bayang

Masihkah rindu ini harus ku genggam
Hingga sampai saat itu menjelang


Aku mencintainya sepenuh hati

Amat merinduinya meski telah pergi

Ku hanya ingin bertatap

Walau hanya sekejap

Namun itu takkan mungkin terjadi

Tidakkah seharusnya rasa ini telah mati

Dan sirna dari hati ini

Namun dia tetap bertahta di palung sanubari



"Lia" 13 Juli '09