Minggu, 28 Juni 2009

Syair Bumi

Ayahku bintang
Berdiri tinggi membuatku segan
Dia menjadikanku sekuat karang
Tangisanku segera terhenti bukan karena ketakutan
Namun dia mengajariku cara mengakhiri tangisan
Lalu kita tertawa lantang
Membuat bundaku masam
Tangan bajanya begitu lembut di wajahku
Tutur berwibawa tiada kata kasar
Ayahku adalah bintang kala malam
Bersinar terus menuntun aku anaknya dari kegelapan

Bundaku Rembulan
Berwajah teduh menenangkan
Senyumnya begitu lembut khas keibuan
Yang menyinariku kala gelap menjelang
Yang mampu mencerahkan wajahku kala masam
Bundaku rembulan
Yang selalu mengajarkanku kepribadian
Mengenal satu persatu tentang fenomena alam
Menjelaskan padaku pada tiap perubahan yang terjadi pada tubuhku
Memberikanku pengajaran tentang makna kehidupan
Bundaku rembulan
Yang selalu tersenyum lembut walau kepayahan
Merawat aku dari kecil hingga sekarang
Selalu menemani aku dan ayahku sang bintang

Takdirku sungguh indah
Penuh gurat-gurat tangan kasih sayang
Pelukan lembut keikhlasan,
Belaian keadilan tiap saat kurasakan
Ayahku bintang, bundaku rembulan
Wajah bundaku kekhusukan sunyi
Mata ayahku kewibawaan malam
Hati-hati bunda meletakkanku pada ranjang cinta kasih
Ditiupkan angin malam beraroma bunga-bunga rumput liar
Hingga syaraf-syarafku peka terhadap ketidak adilan dan kebusukan nurani
Dikenakannya padaku pakaian indah bersulan sutera pelangi
Sang bintang mengajarkan ketaatan gunung-gunung tinggi
Yang menjaga amanat sampai mati
Dia berikan timbangan keadilan dan pena ketegasan sebagai mainanku
Agar kelak ku mampu bersikap adil dan tegas menghadapi kehidupan
Siangnya ribuan pengetahuan bak air sungai mengalir deras
Merasuki otakku sebagai bekal amalanku pada dunia
Ayahku bintang, bundaku rembulan
Tangisan kepasrahan dan kecemasan esok pagi
Tercipta dari lidah-lidah kepasrahan
Ribuan do'a dengan mantra suci
Menggedor pintu langit memohon asa
Mengharap diriku anaknya menjadi seperti kehendak-Nya
Aku adalah buah kisah kasih sunyi penuh ridho
Dari senandung kerinduan malam pada hasrat Ilahi
Aku hadir karena renungan kesucian
Aku lahir dari rahim kepekaan malam
Dan aku adalah BUMI

Duniaku begitu indah
Penuh canda tawa dan kasih
Sapaan riang penuh ketulusan
Ayahku yang gemintang
Bundaku sang rembulan
Sahabatku sang matahari
Bintang dan rembulan mengajarkanku akan kehidupan
Yang didalamnya terdapat kekuatan dan kelembutan
Bagaimana cara memilah dan memilih mana kebaikan dan kejahatan
Sang matahari selalu menemaniku
Memberikan hangat cahayanya kala ku membeku
Mengajarkanku apa arti memberi tanpa mengharap kembali
Memberikanku penghargaan yang begitu besar
Walau terkadang diriku menjengkelkan
Yang selalu menyediakan telinganya saat ku berkeluh kesah
Yang membiarkan pundaknya basah kala ku menangis
Sahabatku sang matahari yang selalu tahu apa yang terukir dalam hati
Dia selalu tahu nada-nada yang ingin kunyanyikan
Dan akan menyanyikannya kembali untukku saat ku lupa bait-baitnnya

Akulah BUMI
Kehidupanku amat indah nian
Aku tercipta dari sari pati ayahku yang bagai bintang
Lahir dari rahim bundaku yang bagai rembulan
Bermain dan tertawa dengan sahabatku yang bagai matahari

Akulah BUMI
yang akan selalu bernyanyi berpuisi
Dengan kidung cinta semesta bestari
Yang akan terus bersyukur pada Ilahi Robbi
Yang telah memberiku anugrah terindah
Dengan mengirimkanku sang bintang, sang rembulan dan sang matahari
Yang selalu menemaniku hingga akhir nanti


"Lia by Ronny"

Gejolak Jiwa

Dalam kesendirian membuat ku tersadar
Dalam penantian panjang tercipta sebuah ruang hampa
Tanpa tersadar tiada sengaja
Jiwaku bergolak mencipta TANYA tanpa JAWAB

Aku terpekur ngilu

Mencoba berdamai dengan gejolak kalbu
Menekan tanya yang kian menggebu
Menuntut sebuah jawab suci dari dasar sanubari

Satu persatu tanya ku cerna

Raga bergetar jiwa luluh lantak tak berdaya

Siapakah diriku...???
Apakah aku hanya seonggok daging busuk berselimut sutra..???
Atau sebuah raga yang begitu sempurna dengan segala kelengkapannya..???
Namun untuk apakah aku diciptakan...???

apakah hanya sekedar hidup untuk makan...???
Adakah kemanfaatan atas hadirnya diriku...???
Ataukah hanya sebuah kemudharatan belaka...???

Sudahkah aku bersyukur dengan segenap jiwa atas segala nikmatNya...???
Telah termanfaatkankah kesempurnaan raga yang di anugerahkannya...???

Aku ber MATA...
Namun tak pernah mampu melihat segala petunjukNya
Mata telanjangku rabun hingga tak tahu apa yang terjadi disekitarku
Mata batinku tak lagi peka hingga cuek saja pada suatu perkara

Aku ber TELINGA...
Namun tak menjadikanku mendengar serua-seruanNya
Tetap tak peuli pada rintihan semesta
Mungkinkah HATI ku tlah MATI RASA...???
Lalu apa bedanya aku dengan bongkahan karang tepian samudra
Yang hanya membisu dengan keangkuhan tenggelam dalam ketakberdayaan

Aku berjalan melenggang congkak
Tertawa berderai diatas ratap tangis menyayat pilu
Berfoya-foya diatas lautan darah kaum papa
Hatiku yang tak lagi tersentuh menatap wajah dekil sayu
Melihat bayang-bayang kemelaratan di mata mereka

Air mataku tak lagi jatuh mendengar ratapan pilu lapar dahaga

Aku begitu terbuai dengan nikmat yang disuguhkan
tenggelam dalam sampah-sampah kemoderenan
Aku tak pernah mampu kembali dari kelenaan panjang MAYA FANA

Wahai dewa-dewa khayangan

Gunung-gunung tinggi menjuntai langit
Samudra-samudra terluas membelah bumi
Semesta serta alam dan isinya

Mengapa jiwaku tetap bergeming
Tetap mati...mati..mati...dan mati
Mengapa keangkuhanku melebihi keangkuhan kalian duhai semesta

Apa yang sebenarnya aku banggakan...???
Raga yang nampak begitu kokoh dan sempurna inikah...???
Wajah tampan dan cantik inikah..???
Harta benda inikah...???
TAPI INI PUNYA SIAPA...???
Bukankah semua ini semata hanya titipan-Nya...???

Astagfirullahalazim.....

Duh Gusti...
Lindungilah hati yang sebenarnya suci ini
Tiupkanlah angin kemuliaan dan kebaikan padanya
Jangan biarkan dia menjadi hitam pekat berkarat
Membusuk perlahan hingga bersekutu dengan kematian

Ya Ilahi Robbi...

Berikanlah cahayaMu
Tak hanya dalam masa gelam mengkungkungku
Namun saat benderang merasukiku
Karena bisikan-bisikan terkutuk itu ada pada keduanya
Dan hanya Engkau Ya Allah Yaa Rahman Yaa Rahim
Yang mampu menjaga fitrahnya dengan segala Kuasa-Mu

"Lia"

Jumat, 19 Juni 2009

Kelanaku Tak Lagi Nyata

Kaki tertatih terseok melangkah

Beban sarat noktah menghantui

Raga tinggal tulang berbalut wadah kasar

Jiwa kering kerontang, gersang meranggas



NNuurani terkungkung dalam tabir keangkuhan

Keletihan membias di permukaan wajah lusuh

Keputus asaan membayang dalam tatapan mata kelam hampa

Bimbang rasuki akal, bibir meracau tak keruan

Asa tinggal puing-puing berserak

Bak debu melayang terbawa hembus sang bayu



Kembali kaki ringkih melangkah

Menyisir bumi berbatu, tapaki lorong panjang gelap

Jelajahi tepian jurang terjal, tanpa arah tujuan



Terukir jelas dalam ingatan, membayang keangkuhan kesombongan

kala raga berteriak lantang



"AKU AKAN BERKELANA"



Berlari mencari dan merengkuhnya

bersumpah kan dapatkan tuk milikinya



Namun...

Kesombongan itu telah sirna

Keangkuhan menguap entah kemana

Meninggalkan wadah kasar yang kini bgai jasad mati

Terombang-ambing bak dilautan tanpa tepian

Semua yang diimpikan hanya bayangan ilusi

Cinta yang diperjuangkan berganti onak duri

Sumpah yang diikrarkan tlah lama mati

Hati yang diharap semanis madu, kini berselimut empedu meracuni

Hingga kelanaku tak lagi pasti, berganti halusinasi



Batinku berteriak....

Hai seonggok daging merah

Kau begitu angkuh dan sombong

Hingga tertutupi kebodohan, kerapuhan dan kedangkalanmu

Berkalipun kau berdarah tetap tak peduli

Menunggu asa yang ternyata sebilah BELATI

Hingga kau berpaling dari cinta sejati-Nya



Batin bergolak antara harap dan bimbang

Kala secercah sinar mengerjap dikejauhan



Tuhan...

Apakah itu cahaya-Mu

Yang sengaja engkau biaskan

Tuk terangi langkahku



Ya..Robb..

Bukalah mata telanjangku

Agar dapat melihat semua Petunjuk-Mu



Ya...Ilahi...

Bukalah mata batinku

Hingga benderang jalan yang kan ku tapaki



Ya...Allah..

Tunjukkan kuasa-Mu akan keajaiban semesta

Hikmah di sebalik pahit manis kehidupan

Bangunkan aku dari mimpi tidur panjang

Hentikan aku dari kelana maya fana

Hingga kudapat kembali menjamah dunia nyata

Melanjutkan kembali KELANA yang tertunda

Hanya untuk satu tujuan dan harapan



"RIDHO-MU Sang Maha Agung"



Amien....

Rabu, 17 Juni 2009

Di Balik Rinai Hujan

Senja tak lagi merona
Terselimut awan hitam mengarak menggulung

Rinai hujan menitik
Tumpah ruah bagai bah
Sang bayu menderu memburu halilintar

Sesosok jasad terpaku
Menengadah langit menatap nanar
Bibir terkatup rahang gemeletuk
Mengekang amarah emosi jiwa

Sang hujan kian membuncah
Menjawab kemarahan dengan amarah
Kilat pun menyambar biaskan bara membara
Jasad berteriak dengan pongah
Tangan mengepal menantang
Dada membusung bergemuruh

Hujan....
Guyurlah raga kotor nan nista
Agar noktah lebur dan hanyut keujung dunia tanpa cahaya

Bayu....
Hentakkan topan terpa sukma
Terbangkan segala resah gulana
Hingga tak satupun tersisa jejak-jejaknya

Halilintar.....
Sambar jasad pongah ini
Bakar gelora nafsu dengan baramu
Hingga tak lagi tersisa cinta semu tak abadi

Tuhan....
Rengkuh jasad kerdil dengan kasihMu
Sucikan jiwa dengan fatwaMu
Tuntun nurani dengan kuasaMu
Tiupkan cinta bernafas surga
Dengan kemurnian sebening cahaya
Yang kupuja dan kurasa hanya untukMu


"Lia"
Kesendirian membuatku tersadar bahwa aku
hanyalah seonggok jasad bernyawa yang penuh anugrah

Rabu, 10 Juni 2009

Hutang Janji

Malam ini aku kembali termangu
Memandang gundah jalanan yang kian lengang
Memeluk tubuh yang tiba-tiba menggigil
Entah karena dingin atau amarah

Kutajamkan Telinga tuk suara yang kutunggu
Namun hingga berdengung gaung suara itu tak terdengar
Acapkali kulabuhkan pandanganku ke lorong yang tlah gelap
Meski hanya sebuah bayangan pun tak nampak

Kejadian yang selalu membuatku jengah dan muak
Menyesak menyentak kalbu
Berbuah bara amarah dan kebencian
Muncul begitu cepat laksana topan

Kembali janji itu kau nisbahkan
Bertumpuk tumpang tindih berkarat
Belum lunas hutang janji kau bayarkan
Bak jamur di musim hujan
Anak janji baru bermunculan

Kapankah hutang janjimu kan terlunaskan...????

Selasa, 09 Juni 2009

Puisi Tuk Sahabat

Aku tertegun takjub
Membaca goresan pena sarat makna
Kekaguman tiba-tiba muncul pada jari pengukirnya
Walau tak tahu siapa dia

Kubaca sebuah nama, hmmm....wajah sederhana
Terkesan misterius dan angkuh
Kutelusuri kata demi kata dalam tiap bait gubahannya
Isyaratkan karakter keras namun memikat

Segan terasa tuk menyapa
Membayang keangkuhan di wajahnya
Perlahan ku coba menguak tabir tentangnya
Melalui bait-bait sarat tanya

Mata begitu tajam namun lembut
Wajah tegas penuh kedewasaan
Bibirnya tebarkan senyum bersahabat

Gurauannya begitu kocak
Terkesan lebay bahkan kadang norak
Namun kata-katanya begitu bijak
Itu yang aku suka darinya

Aku menjadi penuh warna jika bersamanya
Kadang merasa begitu bodoh
Merasa diri paling pintar
Seringkali tersanjung dengan pujiannya
Bahkan tersinggung dan marah dengan kata-katanya

Namun aku menikmati semua itu
Begitu nyaman dan indah
Bersyukur aku mengenal dia

Sahabat.....
Terima kasih tuk waktu yang selalu kau sediakan
Telinga yang siap mendengarkan keluh kesah
Bibir yang mengucap kata pujian, nasehat bahkan kritikan

Sahabat.....
Denganmu aku tak perlu JAIM
Aku bisa tertawa sepuasnya
Tanpa khawatir dianggap cerawak
Aku bisa cerita semuanya tanpa khawatir
Karna ku yakin kan dijaga tiap amanah yang kupinta
Bahkan aku tidak malu saat harus menangis

Sahabat.....
Terima kasih tuk semua penerimaanmu
Karnamu aku merasa lebih berharga

Perlu kita ingat sahabatku.....

Persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga
Persahabatan ibarat tangan dengan mata
Saat tangan terluka mata akan menangis
Saat mata menangis
Tangan akan menghapus air mata itu

Persahabatan sejati layaknya kesehatan
Nilainya baru kita sadari setelah kehilangan
Sahabat adalah seseorang yang dapat
Mendengarkan lagu dalam hati kita
Dan akan menyanyikannya kembali
Saat kita lupa bait-baitnya

Sahabat adalah......
"Tangan Tuhan untuk menjaga kita"

Special for You (0212-0717)

Thanks tuk semua sahabat dimanapun kalian berada


"Lia"
Thanks ya dah mau ngerti aku
Semoga persahabatan ini abadi
Amien.......

Apa dan Mengapa

Masih terlalu gelap tuk dikatakan pagi kala kuterjaga
Kusapukan pandanganku pada tiap jengkal sudut kamar
Bayanganmu jelas nian di ujung mata
Namun tak sekelebatpun nampak dalam sukma

Darahku berdesir
Mengapa.....???
Ada apa denganku...???

Sesuatu yang lembut berbisik lirih dalam gendang telinga

Sebab.....
Hati tlah terlanjur kecewa
Rindu tlah lebih dulu jadi benci
Hasrat membara tiba-tiba membeku
Air matapun tlah terlanjur tumpah

Kisah seperti apa yang sebenarnya kujalani...???
Lakon seperti apa yang harus ku perankan....???

Semua hanya ada dalam tanda tanya besar

Apa dan Mengapa...???

Siapa dan bagaimana...??

Namun...
Apakah semua itu jadi alasan
Cukup adilkah jika takdir yang dipersalahkan

Kembali ku bertanya
Hai Nurani....
Sudah benarkah yang kau lakukan
Seberapa besar pengorbanan yang kau beri
Sedalam apakah cinta yang kau agungkan
Apa benar kau sudah bersabar
Sudah bijakkah kau sikapi persoalan

Nuraniku tak mampu menjawab

Semua kembali pada

Apa dan Mengapa....????

Siapa dan Bagaimana...???


"Lia"
Terkadang butuh seseorang tuk berbagi
Butuh seseorang tuk mengatakan kau salah
Butuh seseorang yang bisa mengerti

Dilema

Cinta itu tlah kumiliki
Namun begitu sulit terjamah
Bertahta dan mangkat dengan sesukanya
Membawaku dalam dilema antara ada dan tiada

Hatiku ibarat sebuah penginapan baginya
Ragaku bak seonggok ranjang antik koleksinya
Singgah atau tidak tergantung kebutuhannya
Duduk atau rebah tergantung kuasanya

Dia ada atau tidak bagiku sama saja
Tak menjadikan duniaku lebih berwarna

Kau ada namun tiada
Kau tiada namun ada dan begitu nyata

Sabar seperti apa yang harus ku sampirkan
Setia seperti apa yang harus ku sematkan
Cinta seperti apa yang sebenarnya aku idamkan

"Lia"
Sabar, ikhlas, setia adalah kata yang mudah diucap
namun begitu sulit tuk di kecap

Setangkup MLATI

Kupacu motorku dengan kecepatan tertinggi
Seiring denyut jantung memacu adrenalin
Ter-engah mengejar harap
Tuk setangkup MLATI yang jadi syarat

Kulewati jalan panjang berkelok
Kadang halus mulus sering juga berkerikil
Kadang ramai dan riuh
Acapkali bagai lorong-lorong sepi tanpa penghuni

Tunggu aku di sudut pantai itu
Kan kulabuhkan segenap rasa menyesak dada
Hingga terbuka pasung pembungkus jiwa

Tunggu aku di bibir pantai itu
Kan kutumpahkan telaga yang membuncah
Menyeruak berebut di pelupuk mata
Hempaskan semua duka lara

Jika semua tlah usai
Taburkan setangkup MLATI itu di wajah dan ragaku
Agar terbayar lunas hutang janjimu


"Lia"
Puger, 17 Mei 2009

Senin, 08 Juni 2009

Wajah Anak Bangsa

Kupandangi wajah-wajah mungil itu
Begitu lugu nan suci
Penuh minat namun sarat tanda tanya
Sebuah pengharapan yang besar
Tuk secuil ilmu yang ingin di kecap

Tingkah polah mereka membuatku geli
Bangga sekaligus trenyuh
Mereka begitu antusias
Berseri tatkala mengerti
Kebingungan tatkala kurang faham
Arrccgh..sungguh pemandangan yang indah

Sering kutangkap pandangan penuh tanya
Penuh semangat membara
Seolah berkata
Aku pasti bisa mengikuti tiap katamu Bu Guru

Akupun kian semangat
Membuka lembar demi lembar diktat
Tuk penuhi dahaga mereka
Puaskan keingin tahuan mereka

Pada wajah-wajah itu ku berharap
Generasi penerus bangsa briliant tercipta
Seorang pemimpin bangsa bijak terlahir

Wajah anak bangsa ku
Padamu kulabuhkan asa
Tuk sejuta harap demi kemajuan bangsa

"Lia"
Kelas Wustho
19 Mei 09 (19.12)




Transformasi Diri

Bila kehidupan laksana samudra
Maka hidup itu adalah sebuah perahu
Kita harus arif dalam menantang gelombang
Agar selamat mencapai pulau harapan

Setiap perubahan menghadirkan sebuah harapan
Harapan mengandung tantangan
Tantangan selalu berisiko
Namun kita harus berani mengambil resiko
Agar dapat mengubah hidup

Tidak ada yang pasti dalam hidup dan kehidupan
Kecuali satu
Yaitu bahwa hidup hanya sekali
Jangan sia-siakan waktu
Manfaatkanlah sebaik mungkin
Untuk menjadikan hidup semakin berarti

Bila kita belajar dari setiap peristiwa yang terjadi
Maka ia akan menghadirkan pengetahuan
Bila kita belajar dari apa yang terjadi pada kita
Maka ia akan melahirkan kearifan hidup

Kearifan hidup adalah modal utama
untuk mencapai cita-cita hidup

Kita tidaj dapat merubah orang lain
Tetapi kita dapat merubah diri kita

Bila seekor ulat bisa berubah, kenapa kita tidak...????

"don't ask me, ask your heart...the answer is in your heart"

Renungkanlah

"Lia by Tjiptadinata Efendi"

Andai

Di sudut puncak tertinggi kotaku
Ku duduk terpekur
Mengingat sepotong hati nun jauh disana

Sedang apakah gerangan kasihku
Akankah dikau rindu
Adakah kau jua rasa hampa

Kupandang kerlip lampu kota
Nampak begitu kecil nan indah
Berpijar bak bintang kejora
Nun jauh di bawah sana

Andai kau ada di sini
Memeluk ragaku yang tiba-tiba dingin
Mengisi kehampaan jiwa sepi
Memadu kasih sejati jiwa

Andai hanya tinggal andai
Khayal hanya tinggal impian
Bayangan hanya berkelebat saja
Semua tak nyata
Semu dab selalu semu

"Lia"

Selasa, 02 Juni 2009

Mata Itu

Mata itu tak lagi bening
Ternoda oleh pandangan penuh dosa
Berkarat oleh kilatan amarah

Mata itu tak lagi indah
Penuh lingkar hitam karena lelah
Terkungkung dalam rutinitas tanpa arah

Mata itu tak lagi berseri
Ada guratan duka disana
Luka yang teramat dalam
Hingga tatapannya kelam hampa

Mata itu tak lagi tersenyum
Tak lagi ikut tertawa
Ada telaga yang bergejolak disana
yang tiap saat bisa tumpah
Melampiaskan segala gundah

Tatapan mata itu kosong
Hampa tanpa gairah
Menyimpan sejuta resah

"Lia"
Ada apa dengan pemilik mata itu..??