Ayahku bintang
Berdiri tinggi membuatku segan
Dia menjadikanku sekuat karang
Tangisanku segera terhenti bukan karena ketakutan
Namun dia mengajariku cara mengakhiri tangisan
Lalu kita tertawa lantang
Membuat bundaku masam
Tangan bajanya begitu lembut di wajahku
Tutur berwibawa tiada kata kasar
Ayahku adalah bintang kala malam
Bersinar terus menuntun aku anaknya dari kegelapan
Bundaku Rembulan
Berwajah teduh menenangkan
Senyumnya begitu lembut khas keibuan
Yang menyinariku kala gelap menjelang
Yang mampu mencerahkan wajahku kala masam
Bundaku rembulan
Yang selalu mengajarkanku kepribadian
Mengenal satu persatu tentang fenomena alam
Menjelaskan padaku pada tiap perubahan yang terjadi pada tubuhku
Memberikanku pengajaran tentang makna kehidupan
Bundaku rembulan
Yang selalu tersenyum lembut walau kepayahan
Merawat aku dari kecil hingga sekarang
Selalu menemani aku dan ayahku sang bintang
Takdirku sungguh indah
Penuh gurat-gurat tangan kasih sayang
Pelukan lembut keikhlasan,
Belaian keadilan tiap saat kurasakan
Ayahku bintang, bundaku rembulan
Wajah bundaku kekhusukan sunyi
Mata ayahku kewibawaan malam
Hati-hati bunda meletakkanku pada ranjang cinta kasih
Ditiupkan angin malam beraroma bunga-bunga rumput liar
Hingga syaraf-syarafku peka terhadap ketidak adilan dan kebusukan nurani
Dikenakannya padaku pakaian indah bersulan sutera pelangi
Sang bintang mengajarkan ketaatan gunung-gunung tinggi
Yang menjaga amanat sampai mati
Dia berikan timbangan keadilan dan pena ketegasan sebagai mainanku
Agar kelak ku mampu bersikap adil dan tegas menghadapi kehidupan
Siangnya ribuan pengetahuan bak air sungai mengalir deras
Merasuki otakku sebagai bekal amalanku pada dunia
Ayahku bintang, bundaku rembulan
Tangisan kepasrahan dan kecemasan esok pagi
Tercipta dari lidah-lidah kepasrahan
Ribuan do'a dengan mantra suci
Menggedor pintu langit memohon asa
Mengharap diriku anaknya menjadi seperti kehendak-Nya
Aku adalah buah kisah kasih sunyi penuh ridho
Dari senandung kerinduan malam pada hasrat Ilahi
Aku hadir karena renungan kesucian
Aku lahir dari rahim kepekaan malam
Dan aku adalah BUMI
Duniaku begitu indah
Penuh canda tawa dan kasih
Sapaan riang penuh ketulusan
Ayahku yang gemintang
Bundaku sang rembulan
Sahabatku sang matahari
Bintang dan rembulan mengajarkanku akan kehidupan
Yang didalamnya terdapat kekuatan dan kelembutan
Bagaimana cara memilah dan memilih mana kebaikan dan kejahatan
Sang matahari selalu menemaniku
Memberikan hangat cahayanya kala ku membeku
Mengajarkanku apa arti memberi tanpa mengharap kembali
Memberikanku penghargaan yang begitu besar
Walau terkadang diriku menjengkelkan
Yang selalu menyediakan telinganya saat ku berkeluh kesah
Yang membiarkan pundaknya basah kala ku menangis
Sahabatku sang matahari yang selalu tahu apa yang terukir dalam hati
Dia selalu tahu nada-nada yang ingin kunyanyikan
Dan akan menyanyikannya kembali untukku saat ku lupa bait-baitnnya
Akulah BUMI
Kehidupanku amat indah nian
Aku tercipta dari sari pati ayahku yang bagai bintang
Lahir dari rahim bundaku yang bagai rembulan
Bermain dan tertawa dengan sahabatku yang bagai matahari
Akulah BUMI
yang akan selalu bernyanyi berpuisi
Dengan kidung cinta semesta bestari
Yang akan terus bersyukur pada Ilahi Robbi
Yang telah memberiku anugrah terindah
Dengan mengirimkanku sang bintang, sang rembulan dan sang matahari
Yang selalu menemaniku hingga akhir nanti
"Lia by Ronny"
Minggu, 28 Juni 2009
Gejolak Jiwa
Dalam kesendirian membuat ku tersadar
Dalam penantian panjang tercipta sebuah ruang hampa
Tanpa tersadar tiada sengaja
Jiwaku bergolak mencipta TANYA tanpa JAWAB
Aku terpekur ngilu
Mencoba berdamai dengan gejolak kalbu
Menekan tanya yang kian menggebu
Menuntut sebuah jawab suci dari dasar sanubari
Satu persatu tanya ku cerna
Raga bergetar jiwa luluh lantak tak berdaya
Siapakah diriku...???
Apakah aku hanya seonggok daging busuk berselimut sutra..???
Atau sebuah raga yang begitu sempurna dengan segala kelengkapannya..???
Namun untuk apakah aku diciptakan...???
apakah hanya sekedar hidup untuk makan...???
Adakah kemanfaatan atas hadirnya diriku...???
Ataukah hanya sebuah kemudharatan belaka...???
Sudahkah aku bersyukur dengan segenap jiwa atas segala nikmatNya...???
Telah termanfaatkankah kesempurnaan raga yang di anugerahkannya...???
Aku ber MATA...
Namun tak pernah mampu melihat segala petunjukNya
Mata telanjangku rabun hingga tak tahu apa yang terjadi disekitarku
Mata batinku tak lagi peka hingga cuek saja pada suatu perkara
Aku ber TELINGA...
Namun tak menjadikanku mendengar serua-seruanNya
Tetap tak peuli pada rintihan semesta
Mungkinkah HATI ku tlah MATI RASA...???
Lalu apa bedanya aku dengan bongkahan karang tepian samudra
Yang hanya membisu dengan keangkuhan tenggelam dalam ketakberdayaan
Aku berjalan melenggang congkak
Tertawa berderai diatas ratap tangis menyayat pilu
Berfoya-foya diatas lautan darah kaum papa
Hatiku yang tak lagi tersentuh menatap wajah dekil sayu
Melihat bayang-bayang kemelaratan di mata mereka
Air mataku tak lagi jatuh mendengar ratapan pilu lapar dahaga
Aku begitu terbuai dengan nikmat yang disuguhkan
tenggelam dalam sampah-sampah kemoderenan
Aku tak pernah mampu kembali dari kelenaan panjang MAYA FANA
Wahai dewa-dewa khayangan
Gunung-gunung tinggi menjuntai langit
Samudra-samudra terluas membelah bumi
Semesta serta alam dan isinya
Mengapa jiwaku tetap bergeming
Tetap mati...mati..mati...dan mati
Mengapa keangkuhanku melebihi keangkuhan kalian duhai semesta
Apa yang sebenarnya aku banggakan...???
Raga yang nampak begitu kokoh dan sempurna inikah...???
Wajah tampan dan cantik inikah..???
Harta benda inikah...???
TAPI INI PUNYA SIAPA...???
Bukankah semua ini semata hanya titipan-Nya...???
Astagfirullahalazim.....
Duh Gusti...
Lindungilah hati yang sebenarnya suci ini
Tiupkanlah angin kemuliaan dan kebaikan padanya
Jangan biarkan dia menjadi hitam pekat berkarat
Membusuk perlahan hingga bersekutu dengan kematian
Ya Ilahi Robbi...
Berikanlah cahayaMu
Tak hanya dalam masa gelam mengkungkungku
Namun saat benderang merasukiku
Karena bisikan-bisikan terkutuk itu ada pada keduanya
Dan hanya Engkau Ya Allah Yaa Rahman Yaa Rahim
Yang mampu menjaga fitrahnya dengan segala Kuasa-Mu
"Lia"
Dalam penantian panjang tercipta sebuah ruang hampa
Tanpa tersadar tiada sengaja
Jiwaku bergolak mencipta TANYA tanpa JAWAB
Aku terpekur ngilu
Mencoba berdamai dengan gejolak kalbu
Menekan tanya yang kian menggebu
Menuntut sebuah jawab suci dari dasar sanubari
Satu persatu tanya ku cerna
Raga bergetar jiwa luluh lantak tak berdaya
Siapakah diriku...???
Apakah aku hanya seonggok daging busuk berselimut sutra..???
Atau sebuah raga yang begitu sempurna dengan segala kelengkapannya..???
Namun untuk apakah aku diciptakan...???
apakah hanya sekedar hidup untuk makan...???
Adakah kemanfaatan atas hadirnya diriku...???
Ataukah hanya sebuah kemudharatan belaka...???
Sudahkah aku bersyukur dengan segenap jiwa atas segala nikmatNya...???
Telah termanfaatkankah kesempurnaan raga yang di anugerahkannya...???
Aku ber MATA...
Namun tak pernah mampu melihat segala petunjukNya
Mata telanjangku rabun hingga tak tahu apa yang terjadi disekitarku
Mata batinku tak lagi peka hingga cuek saja pada suatu perkara
Aku ber TELINGA...
Namun tak menjadikanku mendengar serua-seruanNya
Tetap tak peuli pada rintihan semesta
Mungkinkah HATI ku tlah MATI RASA...???
Lalu apa bedanya aku dengan bongkahan karang tepian samudra
Yang hanya membisu dengan keangkuhan tenggelam dalam ketakberdayaan
Aku berjalan melenggang congkak
Tertawa berderai diatas ratap tangis menyayat pilu
Berfoya-foya diatas lautan darah kaum papa
Hatiku yang tak lagi tersentuh menatap wajah dekil sayu
Melihat bayang-bayang kemelaratan di mata mereka
Air mataku tak lagi jatuh mendengar ratapan pilu lapar dahaga
Aku begitu terbuai dengan nikmat yang disuguhkan
tenggelam dalam sampah-sampah kemoderenan
Aku tak pernah mampu kembali dari kelenaan panjang MAYA FANA
Wahai dewa-dewa khayangan
Gunung-gunung tinggi menjuntai langit
Samudra-samudra terluas membelah bumi
Semesta serta alam dan isinya
Mengapa jiwaku tetap bergeming
Tetap mati...mati..mati...dan mati
Mengapa keangkuhanku melebihi keangkuhan kalian duhai semesta
Apa yang sebenarnya aku banggakan...???
Raga yang nampak begitu kokoh dan sempurna inikah...???
Wajah tampan dan cantik inikah..???
Harta benda inikah...???
TAPI INI PUNYA SIAPA...???
Bukankah semua ini semata hanya titipan-Nya...???
Astagfirullahalazim.....
Duh Gusti...
Lindungilah hati yang sebenarnya suci ini
Tiupkanlah angin kemuliaan dan kebaikan padanya
Jangan biarkan dia menjadi hitam pekat berkarat
Membusuk perlahan hingga bersekutu dengan kematian
Ya Ilahi Robbi...
Berikanlah cahayaMu
Tak hanya dalam masa gelam mengkungkungku
Namun saat benderang merasukiku
Karena bisikan-bisikan terkutuk itu ada pada keduanya
Dan hanya Engkau Ya Allah Yaa Rahman Yaa Rahim
Yang mampu menjaga fitrahnya dengan segala Kuasa-Mu
"Lia"
Jumat, 19 Juni 2009
Kelanaku Tak Lagi Nyata
Kaki tertatih terseok melangkah
Beban sarat noktah menghantui
Raga tinggal tulang berbalut wadah kasar
Jiwa kering kerontang, gersang meranggas
NNuurani terkungkung dalam tabir keangkuhan
Keletihan membias di permukaan wajah lusuh
Keputus asaan membayang dalam tatapan mata kelam hampa
Bimbang rasuki akal, bibir meracau tak keruan
Asa tinggal puing-puing berserak
Bak debu melayang terbawa hembus sang bayu
Kembali kaki ringkih melangkah
Menyisir bumi berbatu, tapaki lorong panjang gelap
Jelajahi tepian jurang terjal, tanpa arah tujuan
Terukir jelas dalam ingatan, membayang keangkuhan kesombongan
kala raga berteriak lantang
"AKU AKAN BERKELANA"
Berlari mencari dan merengkuhnya
bersumpah kan dapatkan tuk milikinya
Namun...
Kesombongan itu telah sirna
Keangkuhan menguap entah kemana
Meninggalkan wadah kasar yang kini bgai jasad mati
Terombang-ambing bak dilautan tanpa tepian
Semua yang diimpikan hanya bayangan ilusi
Cinta yang diperjuangkan berganti onak duri
Sumpah yang diikrarkan tlah lama mati
Hati yang diharap semanis madu, kini berselimut empedu meracuni
Hingga kelanaku tak lagi pasti, berganti halusinasi
Batinku berteriak....
Hai seonggok daging merah
Kau begitu angkuh dan sombong
Hingga tertutupi kebodohan, kerapuhan dan kedangkalanmu
Berkalipun kau berdarah tetap tak peduli
Menunggu asa yang ternyata sebilah BELATI
Hingga kau berpaling dari cinta sejati-Nya
Batin bergolak antara harap dan bimbang
Kala secercah sinar mengerjap dikejauhan
Tuhan...
Apakah itu cahaya-Mu
Yang sengaja engkau biaskan
Tuk terangi langkahku
Ya..Robb..
Bukalah mata telanjangku
Agar dapat melihat semua Petunjuk-Mu
Ya...Ilahi...
Bukalah mata batinku
Hingga benderang jalan yang kan ku tapaki
Ya...Allah..
Tunjukkan kuasa-Mu akan keajaiban semesta
Hikmah di sebalik pahit manis kehidupan
Bangunkan aku dari mimpi tidur panjang
Hentikan aku dari kelana maya fana
Hingga kudapat kembali menjamah dunia nyata
Melanjutkan kembali KELANA yang tertunda
Hanya untuk satu tujuan dan harapan
"RIDHO-MU Sang Maha Agung"
Amien....
Beban sarat noktah menghantui
Raga tinggal tulang berbalut wadah kasar
Jiwa kering kerontang, gersang meranggas
NNuurani terkungkung dalam tabir keangkuhan
Keletihan membias di permukaan wajah lusuh
Keputus asaan membayang dalam tatapan mata kelam hampa
Bimbang rasuki akal, bibir meracau tak keruan
Asa tinggal puing-puing berserak
Bak debu melayang terbawa hembus sang bayu
Kembali kaki ringkih melangkah
Menyisir bumi berbatu, tapaki lorong panjang gelap
Jelajahi tepian jurang terjal, tanpa arah tujuan
Terukir jelas dalam ingatan, membayang keangkuhan kesombongan
kala raga berteriak lantang
"AKU AKAN BERKELANA"
Berlari mencari dan merengkuhnya
bersumpah kan dapatkan tuk milikinya
Namun...
Kesombongan itu telah sirna
Keangkuhan menguap entah kemana
Meninggalkan wadah kasar yang kini bgai jasad mati
Terombang-ambing bak dilautan tanpa tepian
Semua yang diimpikan hanya bayangan ilusi
Cinta yang diperjuangkan berganti onak duri
Sumpah yang diikrarkan tlah lama mati
Hati yang diharap semanis madu, kini berselimut empedu meracuni
Hingga kelanaku tak lagi pasti, berganti halusinasi
Batinku berteriak....
Hai seonggok daging merah
Kau begitu angkuh dan sombong
Hingga tertutupi kebodohan, kerapuhan dan kedangkalanmu
Berkalipun kau berdarah tetap tak peduli
Menunggu asa yang ternyata sebilah BELATI
Hingga kau berpaling dari cinta sejati-Nya
Batin bergolak antara harap dan bimbang
Kala secercah sinar mengerjap dikejauhan
Tuhan...
Apakah itu cahaya-Mu
Yang sengaja engkau biaskan
Tuk terangi langkahku
Ya..Robb..
Bukalah mata telanjangku
Agar dapat melihat semua Petunjuk-Mu
Ya...Ilahi...
Bukalah mata batinku
Hingga benderang jalan yang kan ku tapaki
Ya...Allah..
Tunjukkan kuasa-Mu akan keajaiban semesta
Hikmah di sebalik pahit manis kehidupan
Bangunkan aku dari mimpi tidur panjang
Hentikan aku dari kelana maya fana
Hingga kudapat kembali menjamah dunia nyata
Melanjutkan kembali KELANA yang tertunda
Hanya untuk satu tujuan dan harapan
"RIDHO-MU Sang Maha Agung"
Amien....
Rabu, 17 Juni 2009
Di Balik Rinai Hujan
Senja tak lagi merona
Terselimut awan hitam mengarak menggulung
Rinai hujan menitik
Tumpah ruah bagai bah
Sang bayu menderu memburu halilintar
Sesosok jasad terpaku
Menengadah langit menatap nanar
Bibir terkatup rahang gemeletuk
Mengekang amarah emosi jiwa
Sang hujan kian membuncah
Menjawab kemarahan dengan amarah
Kilat pun menyambar biaskan bara membara
Jasad berteriak dengan pongah
Tangan mengepal menantang
Dada membusung bergemuruh
Hujan....
Guyurlah raga kotor nan nista
Agar noktah lebur dan hanyut keujung dunia tanpa cahaya
Bayu....
Hentakkan topan terpa sukma
Terbangkan segala resah gulana
Hingga tak satupun tersisa jejak-jejaknya
Halilintar.....
Sambar jasad pongah ini
Bakar gelora nafsu dengan baramu
Hingga tak lagi tersisa cinta semu tak abadi
Tuhan....
Rengkuh jasad kerdil dengan kasihMu
Sucikan jiwa dengan fatwaMu
Tuntun nurani dengan kuasaMu
Tiupkan cinta bernafas surga
Dengan kemurnian sebening cahaya
Yang kupuja dan kurasa hanya untukMu
"Lia"
Kesendirian membuatku tersadar bahwa aku
hanyalah seonggok jasad bernyawa yang penuh anugrah
Terselimut awan hitam mengarak menggulung
Rinai hujan menitik
Tumpah ruah bagai bah
Sang bayu menderu memburu halilintar
Sesosok jasad terpaku
Menengadah langit menatap nanar
Bibir terkatup rahang gemeletuk
Mengekang amarah emosi jiwa
Sang hujan kian membuncah
Menjawab kemarahan dengan amarah
Kilat pun menyambar biaskan bara membara
Jasad berteriak dengan pongah
Tangan mengepal menantang
Dada membusung bergemuruh
Hujan....
Guyurlah raga kotor nan nista
Agar noktah lebur dan hanyut keujung dunia tanpa cahaya
Bayu....
Hentakkan topan terpa sukma
Terbangkan segala resah gulana
Hingga tak satupun tersisa jejak-jejaknya
Halilintar.....
Sambar jasad pongah ini
Bakar gelora nafsu dengan baramu
Hingga tak lagi tersisa cinta semu tak abadi
Tuhan....
Rengkuh jasad kerdil dengan kasihMu
Sucikan jiwa dengan fatwaMu
Tuntun nurani dengan kuasaMu
Tiupkan cinta bernafas surga
Dengan kemurnian sebening cahaya
Yang kupuja dan kurasa hanya untukMu
"Lia"
Kesendirian membuatku tersadar bahwa aku
hanyalah seonggok jasad bernyawa yang penuh anugrah
Rabu, 10 Juni 2009
Hutang Janji
Malam ini aku kembali termangu
Memandang gundah jalanan yang kian lengang
Memeluk tubuh yang tiba-tiba menggigil
Entah karena dingin atau amarah
Kutajamkan Telinga tuk suara yang kutunggu
Namun hingga berdengung gaung suara itu tak terdengar
Acapkali kulabuhkan pandanganku ke lorong yang tlah gelap
Meski hanya sebuah bayangan pun tak nampak
Kejadian yang selalu membuatku jengah dan muak
Menyesak menyentak kalbu
Berbuah bara amarah dan kebencian
Muncul begitu cepat laksana topan
Kembali janji itu kau nisbahkan
Bertumpuk tumpang tindih berkarat
Belum lunas hutang janji kau bayarkan
Bak jamur di musim hujan
Anak janji baru bermunculan
Kapankah hutang janjimu kan terlunaskan...????
Memandang gundah jalanan yang kian lengang
Memeluk tubuh yang tiba-tiba menggigil
Entah karena dingin atau amarah
Kutajamkan Telinga tuk suara yang kutunggu
Namun hingga berdengung gaung suara itu tak terdengar
Acapkali kulabuhkan pandanganku ke lorong yang tlah gelap
Meski hanya sebuah bayangan pun tak nampak
Kejadian yang selalu membuatku jengah dan muak
Menyesak menyentak kalbu
Berbuah bara amarah dan kebencian
Muncul begitu cepat laksana topan
Kembali janji itu kau nisbahkan
Bertumpuk tumpang tindih berkarat
Belum lunas hutang janji kau bayarkan
Bak jamur di musim hujan
Anak janji baru bermunculan
Kapankah hutang janjimu kan terlunaskan...????
Selasa, 09 Juni 2009
Puisi Tuk Sahabat
Aku tertegun takjub
Membaca goresan pena sarat makna
Kekaguman tiba-tiba muncul pada jari pengukirnya
Walau tak tahu siapa dia
Kubaca sebuah nama, hmmm....wajah sederhana
Terkesan misterius dan angkuh
Kutelusuri kata demi kata dalam tiap bait gubahannya
Isyaratkan karakter keras namun memikat
Segan terasa tuk menyapa
Membayang keangkuhan di wajahnya
Perlahan ku coba menguak tabir tentangnya
Melalui bait-bait sarat tanya
Mata begitu tajam namun lembut
Wajah tegas penuh kedewasaan
Bibirnya tebarkan senyum bersahabat
Gurauannya begitu kocak
Terkesan lebay bahkan kadang norak
Namun kata-katanya begitu bijak
Itu yang aku suka darinya
Aku menjadi penuh warna jika bersamanya
Kadang merasa begitu bodoh
Merasa diri paling pintar
Seringkali tersanjung dengan pujiannya
Bahkan tersinggung dan marah dengan kata-katanya
Namun aku menikmati semua itu
Begitu nyaman dan indah
Bersyukur aku mengenal dia
Sahabat.....
Terima kasih tuk waktu yang selalu kau sediakan
Telinga yang siap mendengarkan keluh kesah
Bibir yang mengucap kata pujian, nasehat bahkan kritikan
Sahabat.....
Denganmu aku tak perlu JAIM
Aku bisa tertawa sepuasnya
Tanpa khawatir dianggap cerawak
Aku bisa cerita semuanya tanpa khawatir
Karna ku yakin kan dijaga tiap amanah yang kupinta
Bahkan aku tidak malu saat harus menangis
Sahabat.....
Terima kasih tuk semua penerimaanmu
Karnamu aku merasa lebih berharga
Perlu kita ingat sahabatku.....
Persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga
Persahabatan ibarat tangan dengan mata
Saat tangan terluka mata akan menangis
Saat mata menangis
Tangan akan menghapus air mata itu
Persahabatan sejati layaknya kesehatan
Nilainya baru kita sadari setelah kehilangan
Sahabat adalah seseorang yang dapat
Mendengarkan lagu dalam hati kita
Dan akan menyanyikannya kembali
Saat kita lupa bait-baitnya
Sahabat adalah......
"Tangan Tuhan untuk menjaga kita"
Special for You (0212-0717)
Thanks tuk semua sahabat dimanapun kalian berada
"Lia"
Thanks ya dah mau ngerti aku
Semoga persahabatan ini abadi
Amien.......
Membaca goresan pena sarat makna
Kekaguman tiba-tiba muncul pada jari pengukirnya
Walau tak tahu siapa dia
Kubaca sebuah nama, hmmm....wajah sederhana
Terkesan misterius dan angkuh
Kutelusuri kata demi kata dalam tiap bait gubahannya
Isyaratkan karakter keras namun memikat
Segan terasa tuk menyapa
Membayang keangkuhan di wajahnya
Perlahan ku coba menguak tabir tentangnya
Melalui bait-bait sarat tanya
Mata begitu tajam namun lembut
Wajah tegas penuh kedewasaan
Bibirnya tebarkan senyum bersahabat
Gurauannya begitu kocak
Terkesan lebay bahkan kadang norak
Namun kata-katanya begitu bijak
Itu yang aku suka darinya
Aku menjadi penuh warna jika bersamanya
Kadang merasa begitu bodoh
Merasa diri paling pintar
Seringkali tersanjung dengan pujiannya
Bahkan tersinggung dan marah dengan kata-katanya
Namun aku menikmati semua itu
Begitu nyaman dan indah
Bersyukur aku mengenal dia
Sahabat.....
Terima kasih tuk waktu yang selalu kau sediakan
Telinga yang siap mendengarkan keluh kesah
Bibir yang mengucap kata pujian, nasehat bahkan kritikan
Sahabat.....
Denganmu aku tak perlu JAIM
Aku bisa tertawa sepuasnya
Tanpa khawatir dianggap cerawak
Aku bisa cerita semuanya tanpa khawatir
Karna ku yakin kan dijaga tiap amanah yang kupinta
Bahkan aku tidak malu saat harus menangis
Sahabat.....
Terima kasih tuk semua penerimaanmu
Karnamu aku merasa lebih berharga
Perlu kita ingat sahabatku.....
Persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga
Persahabatan ibarat tangan dengan mata
Saat tangan terluka mata akan menangis
Saat mata menangis
Tangan akan menghapus air mata itu
Persahabatan sejati layaknya kesehatan
Nilainya baru kita sadari setelah kehilangan
Sahabat adalah seseorang yang dapat
Mendengarkan lagu dalam hati kita
Dan akan menyanyikannya kembali
Saat kita lupa bait-baitnya
Sahabat adalah......
"Tangan Tuhan untuk menjaga kita"
Special for You (0212-0717)
Thanks tuk semua sahabat dimanapun kalian berada
"Lia"
Thanks ya dah mau ngerti aku
Semoga persahabatan ini abadi
Amien.......
Apa dan Mengapa
Masih terlalu gelap tuk dikatakan pagi kala kuterjaga
Kusapukan pandanganku pada tiap jengkal sudut kamar
Bayanganmu jelas nian di ujung mata
Namun tak sekelebatpun nampak dalam sukma
Darahku berdesir
Mengapa.....???
Ada apa denganku...???
Sesuatu yang lembut berbisik lirih dalam gendang telinga
Sebab.....
Hati tlah terlanjur kecewa
Rindu tlah lebih dulu jadi benci
Hasrat membara tiba-tiba membeku
Air matapun tlah terlanjur tumpah
Kisah seperti apa yang sebenarnya kujalani...???
Lakon seperti apa yang harus ku perankan....???
Semua hanya ada dalam tanda tanya besar
Apa dan Mengapa...???
Siapa dan bagaimana...??
Namun...
Apakah semua itu jadi alasan
Cukup adilkah jika takdir yang dipersalahkan
Kembali ku bertanya
Hai Nurani....
Sudah benarkah yang kau lakukan
Seberapa besar pengorbanan yang kau beri
Sedalam apakah cinta yang kau agungkan
Apa benar kau sudah bersabar
Sudah bijakkah kau sikapi persoalan
Nuraniku tak mampu menjawab
Semua kembali pada
Apa dan Mengapa....????
Siapa dan Bagaimana...???
"Lia"
Terkadang butuh seseorang tuk berbagi
Butuh seseorang tuk mengatakan kau salah
Butuh seseorang yang bisa mengerti
Kusapukan pandanganku pada tiap jengkal sudut kamar
Bayanganmu jelas nian di ujung mata
Namun tak sekelebatpun nampak dalam sukma
Darahku berdesir
Mengapa.....???
Ada apa denganku...???
Sesuatu yang lembut berbisik lirih dalam gendang telinga
Sebab.....
Hati tlah terlanjur kecewa
Rindu tlah lebih dulu jadi benci
Hasrat membara tiba-tiba membeku
Air matapun tlah terlanjur tumpah
Kisah seperti apa yang sebenarnya kujalani...???
Lakon seperti apa yang harus ku perankan....???
Semua hanya ada dalam tanda tanya besar
Apa dan Mengapa...???
Siapa dan bagaimana...??
Namun...
Apakah semua itu jadi alasan
Cukup adilkah jika takdir yang dipersalahkan
Kembali ku bertanya
Hai Nurani....
Sudah benarkah yang kau lakukan
Seberapa besar pengorbanan yang kau beri
Sedalam apakah cinta yang kau agungkan
Apa benar kau sudah bersabar
Sudah bijakkah kau sikapi persoalan
Nuraniku tak mampu menjawab
Semua kembali pada
Apa dan Mengapa....????
Siapa dan Bagaimana...???
"Lia"
Terkadang butuh seseorang tuk berbagi
Butuh seseorang tuk mengatakan kau salah
Butuh seseorang yang bisa mengerti
Dilema
Cinta itu tlah kumiliki
Namun begitu sulit terjamah
Bertahta dan mangkat dengan sesukanya
Membawaku dalam dilema antara ada dan tiada
Hatiku ibarat sebuah penginapan baginya
Ragaku bak seonggok ranjang antik koleksinya
Singgah atau tidak tergantung kebutuhannya
Duduk atau rebah tergantung kuasanya
Dia ada atau tidak bagiku sama saja
Tak menjadikan duniaku lebih berwarna
Kau ada namun tiada
Kau tiada namun ada dan begitu nyata
Sabar seperti apa yang harus ku sampirkan
Setia seperti apa yang harus ku sematkan
Cinta seperti apa yang sebenarnya aku idamkan
"Lia"
Sabar, ikhlas, setia adalah kata yang mudah diucap
namun begitu sulit tuk di kecap
Namun begitu sulit terjamah
Bertahta dan mangkat dengan sesukanya
Membawaku dalam dilema antara ada dan tiada
Hatiku ibarat sebuah penginapan baginya
Ragaku bak seonggok ranjang antik koleksinya
Singgah atau tidak tergantung kebutuhannya
Duduk atau rebah tergantung kuasanya
Dia ada atau tidak bagiku sama saja
Tak menjadikan duniaku lebih berwarna
Kau ada namun tiada
Kau tiada namun ada dan begitu nyata
Sabar seperti apa yang harus ku sampirkan
Setia seperti apa yang harus ku sematkan
Cinta seperti apa yang sebenarnya aku idamkan
"Lia"
Sabar, ikhlas, setia adalah kata yang mudah diucap
namun begitu sulit tuk di kecap
Setangkup MLATI
Kupacu motorku dengan kecepatan tertinggi
Seiring denyut jantung memacu adrenalin
Ter-engah mengejar harap
Tuk setangkup MLATI yang jadi syarat
Kulewati jalan panjang berkelok
Kadang halus mulus sering juga berkerikil
Kadang ramai dan riuh
Acapkali bagai lorong-lorong sepi tanpa penghuni
Tunggu aku di sudut pantai itu
Kan kulabuhkan segenap rasa menyesak dada
Hingga terbuka pasung pembungkus jiwa
Tunggu aku di bibir pantai itu
Kan kutumpahkan telaga yang membuncah
Menyeruak berebut di pelupuk mata
Hempaskan semua duka lara
Jika semua tlah usai
Taburkan setangkup MLATI itu di wajah dan ragaku
Agar terbayar lunas hutang janjimu
"Lia"
Puger, 17 Mei 2009
Seiring denyut jantung memacu adrenalin
Ter-engah mengejar harap
Tuk setangkup MLATI yang jadi syarat
Kulewati jalan panjang berkelok
Kadang halus mulus sering juga berkerikil
Kadang ramai dan riuh
Acapkali bagai lorong-lorong sepi tanpa penghuni
Tunggu aku di sudut pantai itu
Kan kulabuhkan segenap rasa menyesak dada
Hingga terbuka pasung pembungkus jiwa
Tunggu aku di bibir pantai itu
Kan kutumpahkan telaga yang membuncah
Menyeruak berebut di pelupuk mata
Hempaskan semua duka lara
Jika semua tlah usai
Taburkan setangkup MLATI itu di wajah dan ragaku
Agar terbayar lunas hutang janjimu
"Lia"
Puger, 17 Mei 2009
Senin, 08 Juni 2009
Wajah Anak Bangsa
Kupandangi wajah-wajah mungil itu
Begitu lugu nan suci
Penuh minat namun sarat tanda tanya
Sebuah pengharapan yang besar
Tuk secuil ilmu yang ingin di kecap
Tingkah polah mereka membuatku geli
Bangga sekaligus trenyuh
Mereka begitu antusias
Berseri tatkala mengerti
Kebingungan tatkala kurang faham
Arrccgh..sungguh pemandangan yang indah
Sering kutangkap pandangan penuh tanya
Penuh semangat membara
Seolah berkata
Aku pasti bisa mengikuti tiap katamu Bu Guru
Akupun kian semangat
Membuka lembar demi lembar diktat
Tuk penuhi dahaga mereka
Puaskan keingin tahuan mereka
Pada wajah-wajah itu ku berharap
Generasi penerus bangsa briliant tercipta
Seorang pemimpin bangsa bijak terlahir
Wajah anak bangsa ku
Padamu kulabuhkan asa
Tuk sejuta harap demi kemajuan bangsa
"Lia"
Kelas Wustho
19 Mei 09 (19.12)
Begitu lugu nan suci
Penuh minat namun sarat tanda tanya
Sebuah pengharapan yang besar
Tuk secuil ilmu yang ingin di kecap
Tingkah polah mereka membuatku geli
Bangga sekaligus trenyuh
Mereka begitu antusias
Berseri tatkala mengerti
Kebingungan tatkala kurang faham
Arrccgh..sungguh pemandangan yang indah
Sering kutangkap pandangan penuh tanya
Penuh semangat membara
Seolah berkata
Aku pasti bisa mengikuti tiap katamu Bu Guru
Akupun kian semangat
Membuka lembar demi lembar diktat
Tuk penuhi dahaga mereka
Puaskan keingin tahuan mereka
Pada wajah-wajah itu ku berharap
Generasi penerus bangsa briliant tercipta
Seorang pemimpin bangsa bijak terlahir
Wajah anak bangsa ku
Padamu kulabuhkan asa
Tuk sejuta harap demi kemajuan bangsa
"Lia"
Kelas Wustho
19 Mei 09 (19.12)
Transformasi Diri
Bila kehidupan laksana samudra
Maka hidup itu adalah sebuah perahu
Kita harus arif dalam menantang gelombang
Agar selamat mencapai pulau harapan
Setiap perubahan menghadirkan sebuah harapan
Harapan mengandung tantangan
Tantangan selalu berisiko
Namun kita harus berani mengambil resiko
Agar dapat mengubah hidup
Tidak ada yang pasti dalam hidup dan kehidupan
Kecuali satu
Yaitu bahwa hidup hanya sekali
Jangan sia-siakan waktu
Manfaatkanlah sebaik mungkin
Untuk menjadikan hidup semakin berarti
Bila kita belajar dari setiap peristiwa yang terjadi
Maka ia akan menghadirkan pengetahuan
Bila kita belajar dari apa yang terjadi pada kita
Maka ia akan melahirkan kearifan hidup
Kearifan hidup adalah modal utama
untuk mencapai cita-cita hidup
Kita tidaj dapat merubah orang lain
Tetapi kita dapat merubah diri kita
Bila seekor ulat bisa berubah, kenapa kita tidak...????
"don't ask me, ask your heart...the answer is in your heart"
Renungkanlah
"Lia by Tjiptadinata Efendi"
Maka hidup itu adalah sebuah perahu
Kita harus arif dalam menantang gelombang
Agar selamat mencapai pulau harapan
Setiap perubahan menghadirkan sebuah harapan
Harapan mengandung tantangan
Tantangan selalu berisiko
Namun kita harus berani mengambil resiko
Agar dapat mengubah hidup
Tidak ada yang pasti dalam hidup dan kehidupan
Kecuali satu
Yaitu bahwa hidup hanya sekali
Jangan sia-siakan waktu
Manfaatkanlah sebaik mungkin
Untuk menjadikan hidup semakin berarti
Bila kita belajar dari setiap peristiwa yang terjadi
Maka ia akan menghadirkan pengetahuan
Bila kita belajar dari apa yang terjadi pada kita
Maka ia akan melahirkan kearifan hidup
Kearifan hidup adalah modal utama
untuk mencapai cita-cita hidup
Kita tidaj dapat merubah orang lain
Tetapi kita dapat merubah diri kita
Bila seekor ulat bisa berubah, kenapa kita tidak...????
"don't ask me, ask your heart...the answer is in your heart"
Renungkanlah
"Lia by Tjiptadinata Efendi"
Andai
Di sudut puncak tertinggi kotaku
Ku duduk terpekur
Mengingat sepotong hati nun jauh disana
Sedang apakah gerangan kasihku
Akankah dikau rindu
Adakah kau jua rasa hampa
Kupandang kerlip lampu kota
Nampak begitu kecil nan indah
Berpijar bak bintang kejora
Nun jauh di bawah sana
Andai kau ada di sini
Memeluk ragaku yang tiba-tiba dingin
Mengisi kehampaan jiwa sepi
Memadu kasih sejati jiwa
Andai hanya tinggal andai
Khayal hanya tinggal impian
Bayangan hanya berkelebat saja
Semua tak nyata
Semu dab selalu semu
"Lia"
Ku duduk terpekur
Mengingat sepotong hati nun jauh disana
Sedang apakah gerangan kasihku
Akankah dikau rindu
Adakah kau jua rasa hampa
Kupandang kerlip lampu kota
Nampak begitu kecil nan indah
Berpijar bak bintang kejora
Nun jauh di bawah sana
Andai kau ada di sini
Memeluk ragaku yang tiba-tiba dingin
Mengisi kehampaan jiwa sepi
Memadu kasih sejati jiwa
Andai hanya tinggal andai
Khayal hanya tinggal impian
Bayangan hanya berkelebat saja
Semua tak nyata
Semu dab selalu semu
"Lia"
Selasa, 02 Juni 2009
Mata Itu
Mata itu tak lagi bening
Ternoda oleh pandangan penuh dosa
Berkarat oleh kilatan amarah
Mata itu tak lagi indah
Penuh lingkar hitam karena lelah
Terkungkung dalam rutinitas tanpa arah
Mata itu tak lagi berseri
Ada guratan duka disana
Luka yang teramat dalam
Hingga tatapannya kelam hampa
Mata itu tak lagi tersenyum
Tak lagi ikut tertawa
Ada telaga yang bergejolak disana
yang tiap saat bisa tumpah
Melampiaskan segala gundah
Tatapan mata itu kosong
Hampa tanpa gairah
Menyimpan sejuta resah
"Lia"
Ada apa dengan pemilik mata itu..??
Ternoda oleh pandangan penuh dosa
Berkarat oleh kilatan amarah
Mata itu tak lagi indah
Penuh lingkar hitam karena lelah
Terkungkung dalam rutinitas tanpa arah
Mata itu tak lagi berseri
Ada guratan duka disana
Luka yang teramat dalam
Hingga tatapannya kelam hampa
Mata itu tak lagi tersenyum
Tak lagi ikut tertawa
Ada telaga yang bergejolak disana
yang tiap saat bisa tumpah
Melampiaskan segala gundah
Tatapan mata itu kosong
Hampa tanpa gairah
Menyimpan sejuta resah
"Lia"
Ada apa dengan pemilik mata itu..??
Langganan:
Postingan (Atom)